Antropologi, ilmu, hobi dan jalan jalan.



Ingin Bekerja Sesuai Hobi? Jurusan di universitas bisa dipertimbangkan. Artikel ini telah tayang di Kompas.com.  Kenapa ini penting, Alasannya banyak, yang utama, tempat bekerja yang tidak sesuai hobi katanya bikin stress. Kenapa tidak sesuai. Nah ini juga masalah, apakah metode pengajaran di universitas itu kaku, atau dinamikan di luar universitas yang terlampau cepat sehingga Universitas yang mencoba menyesuaikan terbirit birit mengikuti. Atau ada hal yang lain, entahlah. Artikel di Kompas itu menarik hati, sebab isinya berusaha menjembatani antara pelajaran di universitas dengan minat. Apalagi membaca judulnya saja membuat artikel ini jadi relevan dan bermanfaat untuk diceritakan di sini.

Kisahnya demikian, kata artikel itu “patut dipertimbangkan Jurusan Antropologi kalau hobinya sering jalan-jalan ke desa-desa, apalagi untuk mempelajari budaya yang ada. “

Rasanya bangga sekali, sebab itu yang saya lakukan puluhan tahun silam. Mencari jurusan yang sesuai hobi.

Hobi setamat sma memang jalan jalan, ke kampung kampung, ngobrol dan buat catatan, kadang harus dipublikasikan karena tuntutan pekerjaan, banyak juga yang tidak dipublikasihanya. Hanya untuk kepuasan sendiri saja. Pengalaman saya tulisan yang dipublikasikan hanya untuk kalangan terbatas, karena dicetak dalam jumlah terbatas, tidak boleh diperjual belikan, hanya didistribusikan ke seluruh perpustakaan di propinsi. Saya nggak tahu apakah demikian distribusinya. Yang jelas, sering ada pertanyaan, “apakah buku buku itu dijual? Di mana dijual? Berapa harganya? Begitu kira kira pertanyaan yang sering terlontar dalam setiap pertemuan resmi dan tak resmi, diskuis ngobrol sesame kolega.

Kembali ke soal hobi jalan jalan, saya memang hobi yang satu ini. Makanya saya memilih Antropologi. Harapannya dengan antropologi, maka tersalurkan hobi jalan jalan itu. Sebenarnya tidak mesti jurusan antropologi, banyak jurusan lain yang karena konsekuensinya pekerjaan dan ilmunya mengharuskan mereka jalan mengenal daerah, budaya, orang orang. Misalnya kawan kawan saya jurusan geologis, geografi, arkeologi, bahwa keuangan yang karena tuntutan pekerjaan di tempatkan di daerah yang mengharuskan mereka bergaul dan akhirnya mengenal orang dan budaya  daerah itu. Mereka harus banyak gaul dengan orang dari daerah yang berbeda dengan asal usulnya yang harus dilakukan supaya tidak “asal tabrak budaya”. Konsekuensinya mereka yang ditugaskan itu tak sadar bisa menceritakan banyak hal tentang orang orang yang ditemuinya, kebiasaannya, masakannya, pakaiannya, dll.

The phone can also have issues that are as a result of the changes occurring with degenerative disc disease (DDD) and/or degenerative joint disease (DJD). cheapest cialis in australia It nourishes our eyes and appalachianmagazine.com getting viagra in canada improves its muscle strength that helps improve the eye vision and the overall eye health of everyone who chooses it wisely. However in recent times, different organizations in United States of America suffer viagra cipla india from erectile dysfunction. This was introduced in appalachianmagazine.com buy cheap levitra the market in 1998.

Lalu apa sumbangan antropologi untuk orang yang hobinya jalan jalan seperti saya. Antropologi itu secara sistematis mengajarkan metode pengumpulan data. Ini penting sebab dengan metode itu menentukan cerita apa yang akan ditampilkan, oleh orang seperti saya. Ada metode pengamatan, wawancara, kadang harus partisipatif, ikut ambil bagian secara aktif dari peristiwa penting di daerah itu. Kalau ada pekerjaan gotongtoyong bersih desa, ikutan kerja. Metode ini menggunakan pancaindera. Kita bisa melihat, merasakan, mencium bau dan lain sebagainya. Semua yang kita rasanya dari pancaindera itu kita catat. Pendek cerita catatan itu yang kita deksripsikan menjadi gambaran tentang suatu komunitas tertentu, antropolog menyebutnya deskripsi etnografi.

Sekarang ini kisah kisah lapangan bukan saja diomongin, diobrolin, tapi juga ditulis di jurnal jurnal. Bukan Cuma di jurnal yang terbatas konsumennya, tapi tulisan tentang budaya, gaya hidup, cara hidup, hal yang beda dengan yang kita lakukan, hal hal dari lapangan, ditulis di facebook, twitter, googles, blog, apa saja yang memberi akses banyak orang untuk mengenal budaya daerah, gaya hidup kota desa, masyarakat adat, masyarakat tani, nelayan, maritime,orang gunung, pantai, rawa, Nggak muat kalau dijejerkan deskripsi etnografi yang ditulis oleh banyak antropolog tentang kebudayaan atau gaya hidup orang orang di Indonesia. Bahkan untuk mengenal apa itu antropologi, beberapa antropolog menulis menulis tentang teori antropologi dengan bahasa yang renyah, Antropolo yang lain menulis tentang masyarakat adat yang membuat banyak orang mulai mengenali adat istiadat, hutan, tanah hak ulayat, yang sudah ditekuninya sejak mahasiswa,

Antropolog pula yang banyak menulis soal masyarakat nelayan dalam perspektif kebudayaan nelayan, relative sama dengan masyarakat adat, masyarakat nelayan menulis tentang aturan adat di Kawasan air, ada Sasi atau taboo atau larangan menjaring yang amat penting supaya manusia tidak semaunya saja mengkuras laut, sungai, danau, rawa, dll , antropolog yang menulis tau menggambarkan tentang jaringan sosial di perkotaan, mulai dari pergaulan sampai urusan penyakit menular. Banyak antropolog lain yang bicara soal masyarakat adat dan agama, system kekerabatan patrilineal, matrilineal, berburu meramu, dan banyak yang lainnya. Tidak jarang melakukan pembahasan mengkritisi kebijakan publik yang merugikan komunitas,

Tulisan antropolog biasanya khas, kualitatif, skala kecil dalam kuantitas, tapi ngulik soal makna, untuk menjangkau pemahaman yang besar. Pentingnya antropologi yang menceritakan hasil jalan jalannya semoga banyak memberri manfaat? Setidaknya bisa cerita pernah ke suatu tempat, dan bisa cerita kalau webinar dan kalau ditanya rinci, bisa cerita panjang lebar soal tempat yang pernah dikunjungi.Syukur syukur hasil kunjungannya dipublikasi, entah menjadi buku seperti banyak dari rekan rekan antropologi lakukan, entah menjadi artikel di majalah. Apa saja asal bisa dibaca banyak orang. Memang itu yang idealnya mesti dilakukan. Stories from the field yang dibaca khalayak ramai.

Antropologi yang sekarang mulai menyajikan tulisan di media social dengan bahasa dan diksi yang ramah pembaca.

Pekerjaan yang sesuai hobi? Bisa kok!

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini