Wisata ke Belitong: Mie Belitong di warung Man Lie

Dengan Bis, dua puluh enam orang wisatawan termasuk saya menuju ke Manggar, ibukota Kabupaten Belitung Timur. Hari sudah siang, padahal tujuan masih jauh. Kami mampir di daerah Kecamatan Kelapa Kampit, terkenal karena daerah pertambangan, dan beberapa Kelenteng di sana. Kami berhenti untuk makan siang. Menarik makan siang adalah bakmi khas Bilitong. Pemilik warung sudah menyiapkan sejumlah porsi untuk rombongan kami. Mie Belitong di warung Man Lie. Rupanya sudah ada kontak dengan pemilik warung, karena ada penyambutan kedatangan rombongan yang sudah kelaparan.
Katanya mie Belitong khas sebab di daerah lain tidak ada.

Saya melihatnya mie ini mirip dengan tahu campur masakan jawa timur. Cita rasa yang ditonjolkan mie Belitong manis, kuah rada hitam pekat , disajikan dengan piring bukan mangkok. Satu piring berisi mie, taoge, tahu goreng yang dipotong kotak-kotak, ketimun. Beberapa kawan makan dengan lahap di samping enak rasa juga karena lapar, sebab semenjak berangkat dari jakarta belum kemasukan makanan.
Kelenteng Fu De Ce.

Depan warung Mie Bilitong, terdapat kelenteng Fu De Ce. Saya tidak memerinci detail dalam kelenteng, tetapi di luar kelenteng pekarangannya luas, warna kelenteng yang khas, merah menjadi enak dipandang. Arsitektur bangunannya khas Cina dengan gambar naga di sisi kiri kanan atapnya.

Walaupun Kelenteng tempat sembahyang bagi umat Budha dan Kong hu Cu, namun tempat ini bisa menjadi tujuan wisata yang bagus, terutama arsitektur kelenteng, sejarah orang-orang Tionghoa di daerah itu. Kemasan deskripsi yang berhubungan dengan Kelenteng; artisitektur, sejarah, asimilasi Tionghoa-Melayu, kuliner, bisnis yang berkembang di situ dan lagi sebagainya.
Desa Wisata Burong Mandi.

Burong Mandi, sebuah pantai yang kami datangi setelah istirahat makan siang di warung Mie Bilitong. Tidak terlampau istimewa pantai ini. Bahkan terasa kurang fassilitas yang memadai, misalnya kamar mandi, wc, atau resto warung makan, dan lain sebagainya. Beberapa teman yang rencananya mau sholat, tidak jadi karena tidak ada air wudhu. Akhirnya kami berhenti sebentar di situ, sekedar foto2 lalu melanjutkan perjalanan ke Vihara Dewi Kwan Im.

Entah kenapa pantai ini dipaksakan untuk tujuan wisata. Bagi saya kalau sekedar pantai, maka wisatawan hanya datang foto-foto lalu pergi. Barangkali tak lebih 30 menit wisatawan itu ada di sana. Kalaupun main dan berenang di pantai, memerlukan air bersih untuk bilasan setelah berenang. Padahal tidak ada fasilitas air bersih di sekitaran pantai itu. Semoga dengan gencarnya promosi wisata, segera disediakan fasilitas yang maha penting itu.

Vihara Dewi Kwan Im

Letaknya di bukit, tidak jauh dari parkir bis kami, tapi jalannya menanjak dengan susunan tangga yang baik. Ini memudahkan bagi wisatawan mencapainya. Vihara , tempat berdoa, mengharapkan hidup sejahtera. Bau hio yang dibakar memenuhi ruangan doa, bahkan menyebar sampai keluar ruangan. Seorang penunggu, perempuan tengah baya, menjelaskan sejarah vihara itu, mengajari cara berdoa, memohon kepada dewi Kwan Im bagi keberuntungannya dalam hidup.

Ini juga tujuan wisata yang potensial. Lokasinya yang berada di bukit jadi indah karena bisa melihat pemandangan dengan jarak yang lebih jauh. Sekali lagi, arsitektur dan sejarah vihara penting untuk dikemas menjadi deskripsi wisatawan. Para wisatawan umumnya pengen tahu apa, bagaimana dan kenapa tempat tujuan itu (vihara) dibangun, dan itu tidak disiapkan dengan baik, setidaknya menurut pengalaman perjalanan saya 3 hari ke Belitung.

Kota 1001 Warung Kopi

Manggar adalah kota dengan 1000 warung kopi. Itu benar. Sepanjang jalan adalah warung kopi. Lelaki tua muda berada di sana sepanjang waktu. Warung hampir selalu ramai. Warung tidak saja menjual kopi tetapi juga teh dan kopi susu. Orang sini bilang kopi hitam adalah kopi O.

Dari sekian banyak warung kopi, ada beberapa yang dikenal dan selalu ramai, semenjak pagi sampai malam. Kata kawan, seorang perempuan yang melayani kami selama kami berada di warung itu adalah cicit dari pendiri warung kopi legendaris.

Warung kopi adalah tempat pertemuan berbagai kalangan. Di sini, menurut pengunjung setia di sana, banyak informasi yang diperoleh dari kongkow dengan teman, kolega bisnis sampai dengan peristiwa seputaran kota, politik, gosip dan lain sebagai. Dengan mengunjungi warung kopi dan mendengarkan kisah-kisah orang-orang yang berada di sana, setidaknya kita dapat cerita tentang Manggar. Warung kopi adalah salah satu tujuan wisata yang patut untuk dikembangkan.

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini