Orang Tengger di Gunung Bromo

Tengger dan Bromo sudah terkenal bukan Cuma di Indonesia. Tetapi juga di dunia. Tengger dan Bromo dalah salah satu tujuan wisata yang diandalkan oleh pemprov Jawa Timur. Bukan hanya lingkungan alam di sana yang indah, melainkan juga sejarah, legenda dan aspek sosial budaya lainnya yang menyatukan Tengger, Bromo dan bahkan dengan Semeru, gunung tertinggi di pulau Jawa.

Masyarakat Tengger bermukim dalam kelompo kelompok terpisah mengelilingi gunung bromo. Gunung yang menjadi pusat orientasi system kepercayaan orang Tengger. Kepercayaan orang Tengger adalah Hindu yang memusatkan pada Bromo. Karena itu agama orang Tengger adalah Hindu Brahma atau Bromo. Apakah kepercayaan itu adalah upaya untuk membedakan dengan Hindu Bali atau Hindu Jawa lainnya, tentu memerlukan penelitian yang mendalam.

Apakah mereka ada kaitannya dengan para perwira Majapahit yang kocar kacir sejak kerajaan Islam menguasai tanah Jawa. Inipun memerlukan temuan temuan situs arkeologis dan dokumen penguatnya. Pendek kata Tengger masih menyimpan misteri asal usul. Namun tak dapat disangkal cerita tentang misteri itu telah menjadi daya Tarik orang berduyung duyun datang ke Bromo dan Tengger.

Dukun atau Resi

Penulis sebelum kemerdekaan Itu lebih setuju menyebut pemimpin upacara sebagai Resi, yang konon orang bijak. Pemimpin upacara bukan dukun. Pemimpin upacara itu lebih bicara soal hakikat manusia, alam, masyarakat, moral, etika yang boleh dan yang dilarang, yang suci dan profan, keyakinan dan agama. Dia tak dapat menyembuhkan orang yang sakit. Dia tak mengerti metode penyembuhan. Sementara dukun adalah orang yang menyembuhkan orang sakit. Dengan jampi jampi mengusir pengaruh roh jahat atau dengan tumbuhan berkhasiat.

Dia tokoh masyarakat. Kalau soal ritual atau upacara agama, semua warga tunduk pada perintahnya. Menurut nilai keyakinan, Itu titah yang harus dilaksanakan. Dia pimpin ziarah dan upacara upacara sakral yang amat penting ke seluruh kampung yang mengelilingi brahma, gunung api aktif, yang popular disebut Bromo, Dia pimpin upacara Kasada dan Karo. Dua upacara penting dalam lingkaran hidup komunitas Tengger. Setiap tahun dilaksanakan dua upacara itu hanya dalam bulan yang berbeda. Kasada lebih dahulu, kemudian Karo. Ada pula upacara entas entas dan unan unan.

Upacara

Kasada itu upacara persembahan sesajen atau sesaji kepada Sang Hyang Widhi, membuang sesajinya di kawah Bromo, tradisi tahunan yang sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat. Upacara diadakan di lautan pasir di kaki gunung bromo yang dinamai poten. Kawah, lautan pasir dan poten komponen penting dalam Kasada.

Karo adalah upacara wujud syukur kepada penguasa jagad raya yang telah menjadikan Joko Seger dan Roro Anteng sebagai Leluhur Bromo dan dua puluh lima keturunannya. Upacara yang padat acara, ada doa bersama, tarian, slametan buka jimat klontong,

Ada pula upacara Entas Entas untuk memperingati mereka yang sudah meninggal menuju keabadian dan Unan Unan, upacara lima tahunan bertujuan bersih desa.

Identitas

Dari tahun ke tahun, masyarakat Tengger melakukan upacara upacara yang kaya improvisasi. Mereka menyebut diri beragama Hindu, keturunan Majapahit, yang menyingkir dari pusat kerajaan Majapahit. Leluhurnya Roro Anteng dan Joko Seger, beranak dua puluh lima, beranak pinak menjadi warga masyarakat yang bermukim di kampung kampung tersebar mengelilingi kawasan gunung Bromo. Demikian menurut legenda dan cerita rakyat yang diwariskan turun temurun. Sampai pada Tengger yang sekarang kita lihat.

Banyaknya upacara yang disuguhkan, bukan semata meramaikan kalender wisata. Rentetan upacara untuk mengkokohkan identitas Tengger agar tidak kehilangan jati diri sebagai bagian dari masyarakat suku yang taat dalam sistem perpolitikan Indonesia paska kemerdekaan. Penting bagi warga tengger untuk memelihara identitas kebudayaan sendiri yang berbeda, tanpa pernah menentang garis kebijakan politik negara.

Menutup cerita

Tengger tak akan pernah kekeringan cerita. Setiap wisatawan yang datang punya cerita sendiri tentang Tengger. Tengger dingin, perlu jaket berlapis, penutup kepala, perlu dekat dengan api unggun,.
Tengger menyimpan cerita Joko Seger dan Roro Anteng dengan berbagai versi. Makin banyak versinya makin menarik banyak wisatawan.

Satu hal yang sering dilupakan cerita tentang Tengger adalah ekononinya. Daerah ini adalah daerah subur yang menghasilkan tanaman melimpah seperti kol tomat, dan wortel yang sangat terkenal
Akhir kata dari sudut politik, tulisan menyebut bahwa zaman pemerintahan Bung Karno, orang Tengger itu PNI, sewaktu Pak Harto, mereka Golkar. Ketika Megawati menjadi presiden, warga Tengger mencoblos PDIP.

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini