Satu hari tersisa di Belitong

Museum Ahok

Museum Ahok, atau judul yang tertulis di depan sebuah rumah kayu di kota Gantung adalah Kampung Ahok. Ahok, yang pernah menjadi gubernur DKI Jakarta adalah anak asli Belitung Timur. Ahok itu orang terkenal dan sangat fenomenal, jadi membuat kami penasaran. Penasaran seperti apa masa kecil Ahok sehingga menjadikannya sebagai tokoh yang terkenal.

Kami berjalan jalan di sekeliling pekarangan rumahnya. Katanya rumah kayu itu adalah rumah keluarga Ahok, sedangkan rumah Ahok berada di seberangnya yang sekarang dijadikan museum. Museum Ahok, hanya berisi kumpulan koleksi Ahok, dan tempat untuk berjualan cinderamata. Ada sanggar untuk kursus membatik bagi orang orang atau wisatawan yang berminat.

Tidak banyak informasi yang kami peroleh di museum Ahok. Tidak banyak wawancara sambil lalu yang kami lakukan dengan pemandu wisata yang ada di situ. Kami hanya mengandalkan pengamatan rumah yang jadi museum. Rumah itu berbahan kayu kelapa dan kayu lainnya, Nampak kokoh dan sepertinya lebih kuat dari rumah batu. Para pemandu wisata tidak perlu memberi banyak informasi, museum, rumah, lingkungan di museum Ahok sudah bercerita. Sebenarnya menarik kalau bisa satu harian berada di sana dengan melamun sambil berdialog imajiner dengan Ahok. Dia memang tokoh yang melintasi sekat agama, ras, suku dan bahkan pemikirannya sudah jauh ke depan. Sayang dia harus mendekam di penjara akibat pemikirannya. Lebih saying lagi Indonesia kehilangan tokoh yang bisa diandalkan.

Pantai Tanjung Tinggi

Pantai dengan batu-batu yang tersusun alamiah tapi artisitik, berada di tanjung tinggi, kira2 30menit dari tanjung pandan. Kami menuju ke sana menjelang sore, karena harus mampir beberapa tempat, antara lain pasar tempat berjualan tudung saji, topi capil, dll. Cuaca kurang mendukung, tidak ada sinar matahari, katanya tertutup asap dari kebakaran di daratan sumatra. Foto2 di sana lalu kembali ke hotel.
Penuturan seorang kawan yang ikut dalam rombongan, tempat ini yang terbaik sejak kedatangan tiga hari yang lalu. Ia menggambarkan daerah ini menakjubkan. Pantai dengan batu-batu yang tersusun indah. Ia berkali kali mengatakan bahwa akhirnya menemukan tempat yang indah dari Pulau Belitung. Lalu membandingkan dengan wisata pulau yang kami kunjungi hari sebelumnya.

Di sini ada yang dilihat, di pulau tidak ada. Perjalanan ke pulau makan waktu 1 jam dengan perjuangan melawan ombak dan mabok laut, di sini tidak. Beberapa hal lain yang diperbandingkan. Akhirnya dikatakan bahwa lebih bagus pantai Belitong Barat daripada Timur. Barangkali ada benarnya, kalau mengacu pada tempat wisata pantai. Tetapi teman yang lain mengatakan bahwa saudaranya tiap malam pergi ke Belitong Timur hanya untuk minum Kopi. Di Belitong Barat tidak ada warung kopi seenak di Manggar. Hal patut dipikirkan Pemda adalah memperbaiki akses jalan dengan lebih baik. Barat ke Timur hanya 70kilometer, semestinya hanya 1jam saja. Tetapi kalau jalan rusak dan perjalanan malam hari akan lebih dari itu.

Bekas galian Timah jadi danau

Sebelum ke bandara, mampir liat danau Kaolin, yang warnanya nampak indah. Itu sebenarnya bekas galian timah, kemudian ditiinggalkan perusahaan karena timahnya sudah habis. Sayangnya waktu kunjungan dibatasi karena kami harus mengejar waktu ke bandara. Pesawat ke jakarta akan boarding jam 7.

Bekas galian tambang timah merupakan cerita tersendiri, bukan saja proses produksi, tetapi juga pergaulan berbagai bangsa yang bekerja di proyek penambangan. Ini tentunya menghasilkan tukar menukar pengetahuan, adat tradisi yang membuat daerah penambangan menjadi melting pot.

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini