Transaksi bisnis online, seperti apa?

Sejak pandemic, transaksi bisnis online melesat maju. Ini bukan saja karena online dianggap lebih praktis hemat ongkos terutama transportasi tetapi juga akibat orang menghindar transaksi langsung yang bisa berakibat penularan. Upaya menghindari itu, maka transaksi bisnis membatasi tatap muka seminimal mungkin. Kalau tidak amat sangat penting, maka tatap muka dihindari. Online atau menggunakan komunikasi whatsapps, telegram, facebook, IG, Twitter menjadi hal yang wajar dalam transaksi bisnis. Itu yang terjadi pada salah seorang pelaku bisnis bernama Adji yang saya amati ketika berada di kota batik Pekalongan.

Handmade Asia Bali Indonesia People Batik Making

Siang itu pembeli datang, sudah pelanggan setahun di kios adji, pedagang online batik di Pekalongan. Pembeli itu menunjukkan layar HP ke adji. ” Yang ini ada, yang ini lagi kosong.” Kata Adji. “sebentar saya ambilkan barangnya. Silahkan duduk dulu” Lanjut Adji.

Pelanggan duduk di dingklik plastic, sementara Adji beranjak dari duduknya menuju ke rak ketiga dari tempat di mana dia duduk, matanya menelusur dari atas ke bawah, lalu menarik beberapa batik yang dipesan. “ berapa butuhnya.” Seolah meyakinkan kuantitas . Lalu menghitung sesuai yang dibutuhkan pelanggan. “Ini barangnya”. Sambil menyerahkan barang. “sudah sesuai ya mas.”. Pelanggan memastikan barang yang dibeli sesuai, lalu menyerahkan uang dan transaksi selesai. Tak sampai lima menit proses transaksi. Selesai.

Ada transaksi langsung seperti cerita di atas, adapula transaksi tak langsung. Pembeli dan Adjie sudah kontak kontakan aplikasi komunikasi whatsapp atau telegram. Setelah deal, artinya barang yang diinginkan tersedia, harga cocok, lalu pembeli transfer sesuai harga sepakat, lalu barang dikirim barang setelah transferan (uang dari pembeli) masuk rekening adjie.

Salah satu pelanggan yang sering ke kios ini punya pelanggan tetap orang Malaysian dan Singapore. Bukan seorang tapi beberapa orang. Sudah lama berlangganan tetap dengan saya, katanya harga batik di Indonesia (jawa) jauh lebih murah dibanding di negaranya. Mereka senang.

Bisnis batik online sama seperti jualan barang melalui online. Memposting barang barang yang dijual, nomor kontak, biasanya dengan wa kemudian kalau ada yang bertanya bisa komunikasi melalui wa, orang di Pekalongan menyebutnya reseller. karena dia menjual barang dari pedagang batik yang menjual konvensional. Intinya dia turut membantu menjualkan barang pedagang kios itu.

“semula saya tidak mengerti sama sekali soal batik. Hanya ikut dengan kawan yang berdagang online, lama lama jadi ngerti.” Katanya sambil makan siang nasi ayam penyet dari warung seberang kiosnya.
“ikutan survey ke pembuat batik, pengumpul, memotret contoh barang yang dijual baju perempaun dan lelaki, anak-anak, celana pendek, aksesoris, taplak, alas pajangan dan lain sebagainya, intinya bahan baku batik.”

“itu awalnya saya mulai mengenal dan jualan batik, pengumpul batik, semacam agen pengumpul batik dari berbagai kampong sekitaran kota batik ini.”

“harga sudah dipatok, oleh pengumpul itu, lebih rendah dari harga pasar, selanjutnya terserah kita pinter-pinteran menjual dengan harga yang “pantes”.

Dari tidak mengerti batik, tidak mengerti bisnis, sekarang pelanggan Adjie di hampir semua kota di Indonesia, plus dari Singapura dan Malaysia.

Kata Adji, rahasia bisnis online harus tekun, Tak harus punya kios di pasar, punya kios di pasar biar dibilang eksis di dunia nyata. Soalnya bisa berdagang dari rumah. Modal lainnya adalah kepercayaan, yakin dan semangat yang kuat. Namanya juga bisnis online.

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini