Hati hati Pacaran Lewat Media Sosial

Helena, usia sudah dua puluh tiga tahun, entah ada angin puyuh dari mana, tiba tiba, minta izin ke orang tuanya mau buat cincin kawin ke pasar, dia sebutkan pasarnya, tapi bapaknya nggak ngeh alias kurang simak. Merasa sudah minta izin dan diizinkan, Helena langsung melangkah cepat dengan pasangannya. Itu terakhir bapaknya lihat Helena. Dia hanya tau kalo anak perempuannya mau bikin cincin kawin. Si Bapak menduga, Helena sudah minta izin ke ibunya di rumah.

“kalau tak salah saat itu, bersamaan, selain minta izin mau bikin cincin, si Helena mengenalkan laki laki di sampingnya. Namanya pun aku nggak ingat. Aku pikir nantilah kutanya sama isteri di rumah siapa nama calonnya si Helena”

“kok bisa nggak ingat, nggak tau anak gadisnya pergi kemana mau apa?” tetangga tetangganya bertanya bertubi tubi, setengah menyalahkan kenapa lepas control terhadap anak perempuannya. Si orangtua Helena bingung, merasa bersalah, menyesal kok nggak nanya detil kemana perginya si anak.

“berkali kali kubilang, ku pikir si Helena sudah ketemu mamaknya, jadi aku percaya saja, aku kan waktu si Helena datang masih ada obrolan bisnis dengan beberapa orang di restoran. Jadi nggak terlalu perhatian dengan omongan si Helena.”

Begitulah penyesalan terjadi belakangan. Orangtuanya hanya ingat itu, bolak balik ketika ditanya abang si Helena, jawabnya ya itu itu saja. “Helena izin bikin cincin kawin.” Abang si Helena, Randolph, terkenal, jago berantem karena sewaktu SMA setiap kali sekolahnya tawuran, Si Randolph pasti salah satu andalan sekolahnya. Cukup meyakinkan karena ada randolph maka sekolah itu tidak pernah diserbu sekolah lain. Mungkin sekolah lain jiper karena ada Randolph. Begitu gambaran tentang siapa Randolph. Yang jarang muncul ke permukaan adalah statusnya sebagaia karateka ban hitam.

“kalo ketemu laki laki yang bawa adikku, akan kubikin remuk seperti menghancurkan batu bata bersusun.” Gemas aku liat si Helena. Masak buat cincin kawin seminggu nggak pulang pulang. Kemana perginya, di mana tempat buat cincin kawin, tidak ada satupun dari kami yang tahu. Kawan kawannya pun nggak ada yang tahu” begitu sewaktu kumpul dengan pemuda Karang Taruna di kompleks tempat tinggalnya.

Yang penting ketemu dulu dengan adikmu. Nggak ada gunanya bikin remuk, siapa pula yang ko mau bikin remuk?” kata Pedro menenangkan Randolph yang ngomong satu dua kalimat diikuti dengan hujatan.

Iya, heran aku, kenapa si Helena jadi seperti nggak bisa berpikir rasional. Dia kan sudah bukan anak anak. Nggak habis pikir aku dia jadi percaya kata kata lelaki yang katanya pacarnya.? ”

Menurut Melati, sahabat karib Helena, mereka, Helena dan lelaki itu,  baru beberapa bulan berkenalan, itupun kenalan melalui facebook. Helena cerita menggebu gebu bahwa lelaki yang dikenalnya melalui facebook itu adalah orang yang dapat dipercaya. Kalau lihat mukanya, terlihat jujur, malahan orangnya serius” begitu kata Helena waktu ngobrol di teras rumah.

“semula aku tak langsung percaya. Tiap malam kami bercakap cakap dengan video call atau dengan facebook, jelas sekali dia memang  orang baik dan jujur. Tambah lagi kami beberapa kali ketemu makan siang. “

“Kok tau dia orang jujur, sopan.?” Melati penasaran.

Writers get 75 of ad impressions from adsense, with 2 of impressions from cialis levitra online referrals. For example, if the viagra tadalafil , proposed by the national urology association. This viagra cheapest price is an extremely beneficial product which never lest you down and always impresses people by its best results. The doctors also stated that within six months of treatment, viagra india prices http://davidfraymusic.com/gallery-4/ symptoms of ED may resolve permanently.

Helena cerita, mereka kenalan beberapa bulan langsung jadian. “kayaknya udah cocok.” Bertemu di restoran untuk makan siang bareng, Helena merasa inilah laki laki yang diidam idamkan. Menganggap pacaran Helena bukan sekedar pacaran monyet sebab dasarnya bukan cinta monyet. Begitu kata Helena kepada Melati. Melati hanya mengangguk angguk saja, Helena melanjutkan bahwa pacarnya bilang “kita saling bertemu di dunia nyata dan maya, untuk saling mengenal satu dengan lain, yang penting dalam membina rumah tangga. Saling membagi hak dan kewajiban, berkenalan dengan keluarga masing masing.” Intinya itu yang diceritakan oleh Helena kepada Melati

Melati karena tidak terlibat emosional dengan lelaki itu, merasa bahwa cerita Helena tentang lelaki itu terlalu berlebihan. Bagaimana Helena tahu bahwa laki laki itu jujur serius dan lainnya? Kan hanya dari ucapan laki laki itu. Apa yang diceritakan Helena adalah bukti Helena percaya sekali pada lelaki itu.

Saya pernah coba menyanggah cerita Helena itu, saya beritahukan jangan mudah percaya. “ Helena malahan nggak suka dengan pendapat saya, dia bilang saya mau menghalangi hubungan dengan pacarnya. Bahkan Helena jadi nggak mau berteman, selalu menghindar kalau diajak ketemuan.

“Sejak Helena dengan lelaki itu, perilakunya jadi berubah. Dia tidak pernah lagi Whatsapp dengan saya. Mungkin saya dianggap mengganggu hubungan mereka.” Kata Melati

“ya akhirnya saya menjauh saja, sambil berdoa semoga hubungan Helena dan lelaki itu nggak masalah. “  sambung Melati.

“saya baru dengar kemarin, bahwa Helena menghilang sudah seminggu. Langsung pikiran saya bilang bahwa dia pergi dengan lelaki itu. Saya punya feeling, lelaki itu tidak bisa dipercaya. Omongannya terlampau lebay. “ begitu Melati memberi informasi yang lebih spesifik tentang tutur kata sopan santun pacarnya Helena.Betul kata abang Helena, perasaan dia itu cocok dengan syair lagu Gombloh.

“Kalau Cinta Melekat Tai Kucing Rasa Coklat.” Cocok untuk suasana hati Helena. Satu baris dari bait lagu syair lagu berjudul “Apel’ karya komposer kondang asal Surabaya Soedjarwoto Soemarsono yang lebih dikenal dengan nama Gombloh seperti tahu banget apa rasanya jatuh cinta, cinta monyet, ngapel dan yang berkaitan dengan itu. Gombloh! Ya Itu lho pengarang lagu yang sekarang banyak mengenal lagu yang berjudul Gebyar gebyar, yang sebagian syairnya berbunyi “Indonesia merah darah ku, putih tulang ku berpadu dalam semangatmu” Ini bukan cerita tentang gebyar gebyar yang kemudian lebih dikenal dengan judul “Kebyar kebyar” setelah dinyanyikan oleh band Arkarna. Mereka mengubah judul lagunya karena ejaan Inggris kalo nyebut gebyar, mesti nulisnya pake k bukan g. kalau g bacanya jadi aneh, jebyar jebyar. Nggak usah Panjang lebar bahas soal judul lagu itu, sebab tulisan ini bukan soal itu.

Bagaimana nggak cocok syair lagu Gombloh itu, gadis usia 23 tahun berkenalan dengan seorang pria beberapa bulan lalu di facebook. Entah beberapa bulan tepatnya, lalu si gadis pergi dengan pria, pacarnya, ke suatu tempat untuk membuat cincin kawin. Informasi kemana dia pergi, dengan siapa dia pergi tidak diberitahu. Hanya memberitahu mau membuat cincin kawin. Keluarganya sudah percaya, atau tepatnya bapaknya pikir ibunya sudah tau apa bagaimananya, sementara bapak tidak mengecek apakah memang ibunya sudah tau. Pasti mereka cemas, masa bikin cincin kawin lebih dari satu minggu si gadis itu nggak pulang rumah. Orangtua, sanak saudaranya panik, bingung mencari kemana gerangan si dia.

Gadis itu tidak lagi dalam kategori anak anak, usianya di atas 18 tahun, batas usia anak anak menurut KPAI, Komnas Anak, dan Lembaga sejenis lainnya. Setelah tidak ada kabar, keluarga kemudian mengadukan masalah ini ke polisi. Melati adalah saksi yang paling akurat, punya jejak digital atas Helena dan pacarnya, bahkan percakapannya tulisan dan omongan masih ada, dan seperti ada firasat jangan menghapus percakapan dengan Helena.

Facebook memang canggih untuk menjadi wadah pertemanan jarak jauh. Kata banyak orang “yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh.” Itu gambaran hubungan Helena dan pacarnya, Helena dan Melati. Walau hati hati, kalau hati sudah jatuh Cinta, seperti kata Gombloh “Cinta Melekat Tai Kucing Rasa Coklat.”

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini