Berbeda tapi satu: Refleksi Merayakan Kemerdekaan tahun ini

Memperingati hari kemerdekaan, 17 agustus tahun ini terasa sepi. Dibatasi keluar rumah, harus bermasker di tempat umum, dan tak boleh kerumunan. Sejak masuk bulan Agustus, ada pengumuman dari RT melalui Whatsapp grup yang menganjurkan semua warga pasang bendera selama bulan agustus.  Hanya itu. Tidak ada pengumuman kegiatan olahraga, seni atau lainnya menyambut hari kemerdekaan yang biasa dilaksanakan. Harapan bakalan ada perayaan tak kunjung datang dari pengumuman Pak RT, dan sudah dipastikan tak bakalan ada.

Walaupun disadari oleh setiap insan warga di sini bahwa tak akan mungkin ada perayaan yang pastinya ada kerumunan. Sementara kerumunan Itu sama saja dengan kegiatan berisiko penularan covid 19.  Di kampung ini sudah menjalankan protocol kesehatan seperti anjuran pemerintah. Protokol kesehatan itu untuk mencegah penularan akibat adanya kegiatan tak terkendali di kampung. Jangan gara gara ada acara 17 agustusan runyam.

Protokol kesehatan harus tetap dijalankan begitu sering diumumkan. Jangan melanggar protocol kesehatan walau ada peristiwa penting. Pakai masker di ruang public, cuci tangan dengan sabun dengan wadah yang disediakan di setiap ujung jalan dan gang di kampung, dan larangan berkerumun. Kenapa demikian, “sebab kampung kami sampai bulan agustus itu bersih dari orang yang positif covid” kata Pak RT dan Pak RW. Apapun ongkosnya, harus dijalankan. Pak Lurah menjaga dengan ketat. Termasuk dengan sangat menyesal meniadakan perayaan hari merdeka yang biasanya diperlakukan sebagai pesta rakyat yang bisa berisiko penularan.

Pestanya rakyat yang biasanya ramai dengan kerumunan orang terpaksa ditiadakan. Parade, pawai dengan membawa bendera dan bernyanyi untuk mengekspresikan simbol dari bangsa yang terbebas dari belenggu penjajahan, harus ditiadakan.

Rakyat kampung kami yang semestinya menyelenggarakan kegiatannya terpaksa menahan diri, mengurungkan niat yang menggebu gebu. Semua karena wabah yang melanda negeri ini. Kecewa, ya tentu saja kecewa, tapi gak ada yang bisa disalahkan kecuali melawan virus itu dengan cara menjaga kesehatan ketahanan dan stamina tubuh. Pak RT dan RW beruntung karena komunitas kampung kami patuh. Komunitas kampung beruntung karena pimpinannya kerja keras dan tegas mengawal kampung ini dari ancaman penularan wabah.

Kegiatan yang kita lakukan adalah melakukan refleksi atau tepatnya mengenang apa saja yang telah kita lakukan di tahun tahun sebelumnya.  “Walau tak menyelenggarakan tahun ini, tapi mereka yang jaga ronda di pos atau mereka yang, anggotanya hampir seluruh warga RT di wa grup ramai mengulang cerita masa lalu, menceritakan penyelenggaraan pesta rakyat di kampung ini dengan sangat meriah. Ekspresi dituangkan dalam cerita cerita di WA grup. Ternyata seru. Seperti berbalas pantun, yang satu cerita main catur, main halma, yang lain cerita mengawasi balap karung, mengawal pawai pakaian daerah yang mudah diucap tak mudah dipraktekan.

Saling bercerita, mulai dari kegiatan anak-anak setingkat sekolah dasar, laki perempuan  mengenakan pakaian daerah yang mewakili propinsi propinsi di tanah air. Mulai dari anak balita, sampai orang dewasa, laki perempuan mengadu ketangkasan berlomba ikut dalam permainan, olahraga baik yang tradisional maupun yang klasik. Model penyelenggaraan itu yang pengennya dilakukan tahun ini tetapi harus dibatalkan. Setidaknya dengan bercerita mengobati rasa sedih kecewa tak bisa buat perayaan.

Tepatnya dua tahun lalu, ya betul sebab tahun lalu hanya menyelenggarakan lomba dan senam. Dua tahun lalu kampung kami mengadakan pawai 17belas agustusan dengan berpakaian daerah. Bukan hal yang aneh, sebab banyak cara tiap tiap kampung membuat acara 17 agustusan menjadi meriah. Kenapa? Sebab 17 agustusan adalah pesta, merdeka adalah bebas dari kungkungan penguasa asing. Perayaan kemerdekaan 17 agustus adalah perayaan pembebasan negeri ini dari belenggu kebodohan, kemiskinan. Kemerdekaan tidak lagi dimaknai dengan bebas dari penjajah tapi juga menghormati perbedaan.

Kemeriahan dengan penampilan anak anak dengan pakaian daerah itu yang disimbolkan dengan toleransi atas perbedaan. Itu yang menghubungkan pakaian daerah dengan kemerdekaan.  Pakaian daerah yang ditampilkan saat 17 agustusan atau saat merayakan pesta kemerdekaan itu untuk membuktikan bahwa bangsa ini memang majemuk, beraneka ragam terdiri atas sukubangsa, ras, golongan, agama, budaya yang walaupun berbeda tetapi mengakui sebagai satu bangsa Indonesia. Lambangnya yang paling cocok adalah bhinneka tunggal ika, berbeda tapi satu jua.

Pakaian daerah yang dikenakan pada saat pesta kemerdekaan itu sebenarnya menyederhanakan aneka ragam pakaian yang ada di setiap sukubangsa. Apa yang kita saksikan umumnya adalah pakaian daerah yang mewakili satu propinsi, padahal dalam propinsi ada aneka suku bangsanya, ras golongan yang berbeda beda, Saat memperingati ulangtahun kota Surabaya, saya menyaksikan pawai pakaian beraneka ragam, ada berdasarkan sukubangsa, seperti Madura, ada berdasarkan agama, Shinto, Tionghoa, islam, Kristen, budha, hindu kepercayaan, aneka ragam sampai tak sanggup menghitung yang satu beda dengan golongan yang lain. 

Choosing viagra levitra the best online drugstore to purchase prescription medications there. So make sure you free cialis have a proper feeling towards his sexual needs . The supplements are reasonably priced and are delivered to you quickly from UK providers. buy cialis canada Others – High pressure can cause anything from sleep troubles to generic cialis no rx pdxcommercial.com weakening of the skeletal system like bone loss and osteoporosis.

Satu pulau jawa ada lima provinsi, setiap provinsi menyajikan pakaian daerahnya masing masing. Jakarta menampilkan pakaian tradisional Betawi dari tahun ke tahun, walau di Jakarta banyak orang dari suku lain, Jakarta sesungguhnya adalah melting pot, majemuk, warganya berasal dari latar belakang yang berbeda. Tapi menampilkan pakaian Betawi sebagai representative pakain daerah Jakarta itu diterima sebagai identitas pakaian daerah dki Jakarta. Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur juga demikian. Setiap tahun menampilkan pakaian daerahnya, yang sudah kompromi dari sekian banyak sukubangsa yang ada di daerah itu. Jawa Barat, ada orang Bandung, Cirebon, bahkan ada orang dari suku naga, orang kuningan, banyak aneka warna suku.

Jawa Tengah pun demikian, ada pakaian dengan kebaya, jarik perempuan dan blangkon beskap, selopnya semua memberi ciri pada daerah itu, yang harus berbeda dengan Jogja dan Jawa timur karena dua daera itu juga mempunya pakaian daerah dengan ciri budaya yang relatif sama. Jawa Timur punya blankon yang khas dengan seperti membebat kepala dengan belakangnya ada balutan kain yang mencuat, memakai kaos belang belang merah, celana hitam.

Ini kita baru cerita soal pakaian daerah provinsi di pulau Jawa yang kalau ditelusuri bukan Cuma pakaian yang sering kita lihat pada acara acara resmi. Pakaian suku dan adat lebih kompleks dari pakaian daerah propinsi. Tidak mungkin pula menampilkan seluruh pakaian sukubangsa hanya dengan waktu yang terbatas, lagi pula tak berapa perlu mempertontonkan anekaragam yang sudah diketahui banyak dalam waktu yang relatif singkat.

Semua harus puas dengan kesepakatan, yang terbaik dari semua, seperti halnya ketika memproklamasikan kemerdekaan menentukan landasan ideologi, konstitusi arah dan tujuan berbangsa dan bernegara.

Karena tidak memungkinkan mengadakan upacara kenegaraan dalam situasi wabah, entah ide siapa di medsos, facebook, whatsapps  tampil pakaian adat daerah yang dinilai sangat bagus memberi decak kagum dengan kekayaan pakaian daerah kita yang anekawarna. 

Tentu saja pakaian itu sekali lagi adalah kesepakatan denagn berbabagai sukubangsa yang ada di daerah itu. NTT yang propinsi banyak sukubangsa, membuat kompromi menampilkan pakaian adat daerahnya. Papua Barat dan Papua apalagi yang terkenal dengan banyaknya sukubangsa di sana, ada orng pantai, gunung, rawa, pulau dengan aneka Bahasa.

Kalau bicara soal pakaian yang beraneka warna, memang demikian faktanya. Kemudian setiap daerah provinsi menyederhanakan dari sekian banyak pakaian etnik di daerahnya menjadi satu pakaian daerah, Lalu pakaian daerah yang lainnya? Kan masih ada perayaan kemerdekaan di tingkat kabupaten yang merupakan kompromi pakaian daerah dari berbegaia kecamatan. Demikian seterusnya sampai pada tataran yang paling rendah. Kompromi dan kesepakatan adalah kata yang paling ampuh untuk menjadikan pakaian daerah yang bermacam jumlah dan kualitasnya menjadi satu pakaian daerah. Di level nasional, banyaknya sesuai dengan banyaknya provinsi. Di level provinsi, sesuai dengan banyaknya kabupaten, demikian seterusnya.

17 Agustus adalah pesta rakyat. Rakyat memeriahkan dengan membuat sebanyak mungkin permainan, kompetisi, yang bisa dinikmati oleh warga. Semua merayakan semua menikmati permainan, panjat pinang, kelereng, memasukan benang ke jarum,  balap karung perorangan dan estafet. Panco, panco sarung, Volley, sepakbola, catur. Banyak permainan yang tiap tahun diciptakan makin lama makin banyak, adu kreatif. Pemberian hadiah saat 17 agustus, malam hari, ada panngung gembira, ada kesenian tari, music, kadang punya uang  untuk buat yang lebih besar, kadang utunk pengiritan buat seadanya. Tak menjadi masalah buat warga, pesta rakyat tetap pesta rakyat, dinikmati sebagai pesta solidaritas merasa sebagai orang satu kampung, yang seringkali melampaui batas batas rt seperti yang terjadi di kampung kami dua tahun silam.

Pada awalnya perayaan permainan, olahraga senam hanya kalangan warga RT kami saja, namun meluas menjadi lebih satu RW. Boleh dibilang acara waktu itu sukses luar biasa.

Kembali pada makna kemerdekaan waktu itu pakaian daerah menunjukkan keanekaragaman kebudayaan di Indonesia, permainan dan olahraga menunjukkan ikatan solidaritas dari tataran yang paling rendah yakni kampung, sampai semakin lama semakin meluas yang akhirnya menjadi bangsa. Seolah sudah digariskan dalam pergaulan social yang berdasarkan sukubangsa, kemudian meluas menjadi daerah dan akhirnya mengerucut menjadi nasional. Dari Bahasa sukubangsa, menjadi Bahasa daerah akhirnya menjadi Bahasa Nasional.  Menghormati perbedaan sampai sekarang dan Seterusnya harus relevan, sebab itulah Indonesia. 

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini