Belitong atau Belitung

Tiga hari tiga malam kunjungan ke Pulau Belitung tidak cukup untuk melakukan evaluasi menyeluruh soal wisata di pulau Belitung Timur dan Belitung Barat. Namun ada beberapa catatan perjalanan yang barangkali bermanfaat bagi pembaca. Catatan yang saya buat bukan mengkritik kebijakan pembangunan pariwisata, tetapi lebih memberi masukan (catatan) setelah merasakan perjalanan wisata, sebagai wisatawan domestik. Cara saya memberi masukan tidak berupa butir butir seperti halnya peneliti akademis. Masukan yang terutama pada hal-hal yang saya anggap kurang pas itu berupa cerita. Saya mulai ceritanya seperti di bawah ini.

Nama pulau itu secara resmi disebut Belitung, tetapi orang lokal disana menyebutnya Belitong. Dari informasi di Wikipedia google Belitung, atau Belitong adalah sejenis siput laut. Pulau Belitung terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung dengan ibukota Tanjung Pandan dan Belitung Timur ibukota Manggar.

Tak dapat disangkal bahwa Belitung menjadi popular semenjak novel Laskar Pelangi dibaca banyak daerah di Indonesia, bahkan novel itu sudah diterjamahkan dalam banyak bahasa di dunia. Situs-situs yang ada hubungannya dengan Laskar Pelangi menjadi daerah tujuan wisata. Misalnya Museum Kata yang dibuat oleh pengarang Laskar Pelangi, Andrea Hirata adalah salah satu tujuan wisata di Kota Gantung. Replika SD Muhammadyah yang menjadi salah satu setting utama novel menjadi bagian dari paket city tour Gantung-Manggar. Batu-batu besar yang tersusun artistik juga bagia dari tour wisata. Demikian pula kami mendapat kesempatan bertamu ke guru SD yang legendaris, yang dianggap guru yang memberi inspirasi cita-cita bagi anak didiknya.

Pulau Laskar Pelangi itu dianggap belum cukup untuk menarik wisatawan datang ke Belitung. Nampaknya pemda memperbanyak tujuan-tujuan wisata lainnya. Terutama wisata pantai dan pulau-pulau. Ide ini tidak salah, dan patut dipahami karena pulau ini tidak ada gunung, atau daerah dengan ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut. Tidak ada daerah sejuk. sepanjang pulau itu udara panas, apalagi saat ini musim kemarau berkepanjangan. Gunakan topi lebar adalah nasihat yang patut dituruti. Sejauh mata memandang rata dengan pohon-pohon yang kering dan tanah yang berpasir dan silau karena pancaran sinar matahari.

Mempromosikan pantai berpasir putih adalah bagus, demikian pula dengan promosi pelayaran antarpulau, diving, snorkling untuk melihat taman laut yang cukup indah. Namun promosi wisata pantai, pulau pulau kecil sekitar Belitung Timur belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat. Sebab Promosi ini harus diikuti dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi wisatawan. Misalnya yang kami temukan di pantai Burong Mandi atau di pulau pulau kecil sekitar satu jam dari daratan Belitung. Pantai di situ indah tetapi tidak ada air bersih, kamar mandi, WC yang membuat wisatawan enggan berlama lama di sana. Membutuhkan waktu yang lama untuk membangun infrastruktur pendukung bagi keamanan dan kenyamanan wisatawan luar. Apalagi tidak sembarang wisatawan bisa datang ke pantai atau pulau terpencil. Tidak ada kendaraan umum yang menjangkau wilayah itu. Listrik tidak ada. Wisata disitu hanya berlaku sepanjang hari saja, tidak ada wisata malam di daerah pantai.

Sesungguhnya tujuan wisata Belitung bisa dikembangkan dengan memanfaatkan yang sudah ada, tinggal kemasan-kemasan yang barangkali membutuhkan konsultan pariwisata, atau pemda setempat belajar ke propinsi-propinsi lain di Indonesia. Memanfaatkan yang sudah ada maksudnya adalah sebuah kebiasaan yang dilakukan orang-orang di Belitung yang mereka kerjakan sehari-hari baik ada wisatawan maupun tidak ada.

Saya percaya bahwa tempat wisata yang sudah menjadi bagian dari kegiatan keseharian tidak mudah bangkrut, tidak perlu biaya besar dalam pemeliharaan dan paling penting adalah atraksi menarik dan khas yang membuat wisatawan menikmati Belitung sebagai Belitung dan bukan wilayah lain di Indonesia. Ada beberapa tempat wisata yang penting dan patut dikunjungi dan barangkali perlu untuk dikembangkan bilamana Belitung menggunakan konsep wisata yang sesuai dengan potensi lokal. Uraian di bawah ini menampilkan cerita tentang beberapa tempat wisata yang saya kunjungi.

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini