Asem Reges di Jakarta yang Pluralis

Asem Reges, daerah Taman Sari, Sawah Besar, Jakarta Barat identik dengan pusat suku cadang kendaraan. Bahasa montirnya, onderdil. Betul sekali, bukan hanya itu tempat onderdil di Jakarta. Jakarta berkembang, meluas demikian pula pusat pusat onderdil. Ada pusat onderdil di Kemayoran, sekitaran bekas bandara, Atrium Senen, Pal Merah dan banyak lagi tempat onderdil di Jakarta.

Namun demikian, Asam Reges rasanya yang pertama, atau setidaknya yang paling beken, sudah beken sejak zaman dulu. Soal onderdil, kabarnya Asem Reges paling lengkap. Onderdil kendaraan kuno masih tersedia. Istilahnya “di sini banyak barang kanibal”. Onderdil dan aksesoris copotan dari kendaraan yang sudah tak terpakai disimpan. Kata engkoh di situ, “ada aja orang yang cari barang kayak gini.”
Lebih satu abad menjadi pusat onderdil jelas layak tempat ini popular.

Dahulu, ketika zaman Hindia Belanda, Asam Reges adalah tempat jual sepeda dan segala aksesorisnya. Berjualan sepeda itu berlangsung sampai akhir tahun 60an. Onderdil sepeda sedikit demi sedikit berganti menjadi pusat onderdil mobil dan sepeda motor. Sepeda tak lagi popular di Jakarta, Sepeda tidak lagi menjadi alat transportasi utama para pekerja atau karyawan kantoran.

Nama kawasan ini sekarang adalah Taman Sari Raya. Kawasan yang menyimpan banyak cerita. dulu namanya Droossaerweg, lalu ganti Asem Reges. Sekitar situ ada pabrik limun “Lourdes”, memproduksi “Air Belanda”, biasanya disebut Air Soda. Pabriknya tutup. Bangkrut. Limun tak laku, warga jakarta lebih suka coca cola, sprite dan jenis soft drink lainnya.

Ada gang Arab, pemukiman keturunan arab. Ada gang Wedana. Di situ ada rumah wadana, pejabat zaman Belanda namanya Thamrin Moehamad Thabri, bapaknya Mohamad Husni Thamrin. Thamrin dan adiknya Abdillah Thamrin dibesarkan. Mereka berdua dapat sekolah di sekolah Belanda yang bergengsi karena bapaknya menduduki jabatan pucuk bagi kalangan “Bumi Putera”. Sekarang rumah MH Thamrin menjadi Rumahsakit Sawah Besar.

Masih di sekitar situ ada gang Tibo. Nama gang aslinya gang Thiebault, diambil dari tokoh masyarakat di situ Alfred Thiebault. Konon Indriati Iskak, pemeran filem Tiga Dara garapan produsen Usmar Ismail, pernah tinggal di daerah sini. Ia dan kalangan menengah atas di situ menjadi pelanggan toko roti terkenal yang sudah ada sejak Hindia Belanda, kesukaan orang Belanda dan kemudian Indonesia.

Asam Reges menyimpan banyak cerita, pergaulan Belanda, Tionghoa, Arab, Betawi campur aduk di sini. Bahasa nya juga begitu. Tak perlu heran kok bisa gaul orang beda beda. Tak lama dari sekarang, masih ketemu orang orang semacam ini ngobrol di warung kopi pinggir jalan Sawah Besar, ada berperawakan fisik bule, tinggi besar, sisiran rapih, berpakaian necis, ada montir, Arab dan Cina kata berucap ente-ane, elu- gue, istilah betawi lainnya yang sudah hampir tak terdengar,masih digunakan sebagai lingua franca.
Asem Reges bukan hanya pusat onderdil. Tempat ini adalah situs bersejarah, melting pot yang dengan melihat aneka rupa orang yang berinteraksi akan bisa cerita tentang pluralism. Asem Reges adalah tempatnya proses akulturasi menjadi bentuknya seperti sekarang. Konsep yang sulit dipahami pada zaman kuliah system social budaya, konflik dan solusi politik, multi cultural, pertemuan kebudayaan daerah, atau kemajemukan, heterogenitas, sub kebudayaan Jakarta, atau lainnya yang secara teori terasa rumit, lalu ketemu contohnya yang mudah dipahami di sini. Selamat studi ilmu social budaya di Asem Reges yang komunitasnya pluralis.

Comments

1 Comment

Sites That Link to this Post

  1. Penjual Pembeli dan Pasar - Gultom Law Consultants | April 16, 2022

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini