Android, hiburan dan Listrik di Pegunungan Tengah Papua

Pagi, ketika matahari sudah naik di bagian timur bukit bukit di lembah pegunungan tengah, beberapa anak kecil dari arah utara berlarian menuju bedeng bedeng yang letaknya di pinggiran kampung kecil dengan populasi tak lebih dari lima puluh kepala keluarga. Mereka ramai berteriak teriak memanggil nama salah seorang pekerja proyek pembangunan lapangan terbang yang tinggal di bedeng bedeng itu. “Obet…..obet…mau ambil Hape (HP)” itu diteriakan berkali-kali, sementara yang bersangkutan sedang berada di dapur merajang air dan menyiapkan sarapan untuk makan para pekerja lainnya. “obet…obet mau ambil HP”.

Lima belas menit kemudian Obet muncul membawa HP, sekitar 6 hp yang dititipkan anak anak itu kemarin. Mereka titip hp di bedeng dan hanya ke Obet mereka menitipkan sebab Obet dekat dengan anak anak itu dbanding pekerja yang lainnya yang tinggal di bedeng itu. Obet memanggil satu per satu nama anak-anak itu, Dia hafal semua nama anak anak itu.

“Hp mu yang mana? Warna apa? “ Obet akan memberi setelah dia yakin HP itu memang milik anak itu.
Setiap hari, setiap malam, kejadian itu berulang terus menerus semenjak di sana ada bedeng yang mempunyai fasilitas listrik yang bersumber pada genset solar. Malam hari mereka menitip HP agar Obet atau pekerja lainnya di bedeng itu mengisi (charge) baterai HP mereka, dan pagi hari HP itu diambil untuk digunakan. Anak-anak itu, atau mereka yang tinggal di Ainggogoin menitipkan Hp mereka di bedeng agar diisi baterai HP nya. Diserahkan ke Obet malam hari, dan diambil pada pagi hari.

Obet adalah pekerja yang sudah lama berada di Lembah Pegunungan Tengah . Ia bersama pimpinannnya adalah pioneer yang bekerja di daerah remote di pegunungan Tengah. Ia bersama pimpinannya dan dua orang lainnya yang berasal dari Toraja menjadi yang pertama bekerja sebagai kontraktor pembangunan rumah dan fasilitas umum di sekitar situ. Terakhir pekerjaannya adalah membuat lapangan terbang.

HP adalah salah satu hiburan mereka yang menjadi pekerja di Lembah Pegunungan Tengah yang sangat sedikit sekali akses hiburan. Awal mula mereka masih sering, seminggu atau dua minggu sekali berjalan kaki ke puncak bukit guna mendapat sinyal , berkomunikasi dengan sanak saudara di kampong atau di kota. Lama kelamaan, hanya sebulan sekali dan akhirnya kalau tidak penting, mereka tidak kontak ke sanak saudara. Barangkali perjalan mencari sinyal itu yang membuat mereka malas. Membayangkan saja sudah terasa lelah kata pimpinan proyek yang juga menjadi penghuni bedeng. Ia yang satu-satunya tidak pernah ikutan berjalan kaki mencari sinyal ke puncak bukit.

Sejarah HP yang sederhana diawal diciptakannya , yakni sesuai dengan namanya mobile phone yakni telepon yang bisa digunakan tidak saja di rumah tetapi di manapun kita berada. Lalu HP berkembang menjadi telepon yang dapat dipakai untuk mengirim pesan pendek (short text) yang membuat pengguna tidak perlu telepon yang mengeluarkan biaya besar, cukup mengirim pesan pendek kepada orang yang dituju. Sekarang, Handphone atau cell phone (saya singkat menjadi HP) adalah alat komunikasi yang telah mengubah gaya hidup orang di seluruh dunia. Di manapun dan kapanpun kita dapat menerima berita mapun mengirim berita. Dengan HP kita dapat mencari berita atau informasi yang kita butuhkan dalam sekejap. Berita yang bukan saja dalam bentuk tulisan, tetapi juga dalam bentuk gambar diam maupun bergerak.

Hp bukan barang baru di wilayah ini. Hampir semua orang punya HP. Hp bukan untuk komunikasi. Tidak ada sinyal server di wilayah ini. Sinyal hanya ada di bukit-bukit yang jauh dari sini. Menurut cerita pekerja di bedeng itu, mereka harus berjalan kira-kira 4 jam dan menanjak untuk mencapai bukit yang disebut dengan istilah bukit batu putih. Sebuah bukit berbatu putih yang kelihatan jelas dari bedeng. Belum lagi pulsa yang tidak tersedia di kios-kios di situ. Kios yang menyediakan pulsa hanya ada di Timika. Sulit dibayangkan untuk berjalan kaki 4 jam mengirim sms ke teman atau kerabat di kota untuk menelpon mereka kembali. Walaupun ini strategi untuk menghemat pulsa, tetapi tidak jarang teman atau kerabatnya yang ada di kota tidak punya uang beli pulsa. Itulah kejadian-kejadian yang diceritakan para pekerja di bedeng.

Tidak ada listrik di lembah Pegunungan Tengah yang luas, termasuk di kampung kecil itu menyebabkan para penduduk di situ menggantungkan asupan enerji dari bedeng bedang proyek pembuatan landasan pesawat. Semoga saja sudah ada listrik sebelum landasan itu selesai. Setidaknya dengan adanya listrik, kegiatan mereka bisa pagi siang sore dan malam.

Comments

1 Comment

Sites That Link to this Post

  1. Makna Sesungguhnya Blusukan - Gultom Law Consultants | April 26, 2022

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini