Target Globalisasi Jokowi, dan Peningkatan Kapasitas Daerah

Bung. Globalisasi itu lebih dari sekedar anak-anak nonton Crayon Sinchan lalu bicara jorok. Sejatinya globalisasi itu alat cuci otak sukarela dari yang sebelumnya orang berpikir demi kepentingan pribadi, kini berharap kebaikan untuk manusia secara keseluruhan. Contohnya apa? Facebook bung. Itu juga hajat globalisasi jokowi pada Indonesia. Yakni rakyat yang menjadi Mark Zuckerberg lain.

Lewat facebook Mark Zuckerberg telah mempertemukan kita dengan kawan lama, atau mempertemukan bussines to bussines hingga ekonomi mengalir.

Bung struktur ekonomi global, dengan banyak perubahan superstruktural, termasuk struktur kekuatan suprateritorial, selama ini telah membawa implikasi yang mendalam bagi setiap administrasi publik. Pihak pemerintah  dan aparatnya kini dituntut harus bisa mengerahkan segala sumberdaya mereka dalam program lebih mengglobal.

Tujuannya agar masyarakat dapat menumbuhkan daya saing produk nya hingga ke taraf perdagangan internasional. Sebagaimana impian presiden Jokowi dalam nawacita. Dirinya sebagai bekas pedagang kayu internasional menginginkan orang Indonesia, menciptakan produk yang bermanfaat dan dibutuhkan dunia.  

Jadi sudahilah alur selama ini. Sudahilah peran pemerintah di daerah sebagai pembantu masyarakat. Berhentilah menganggap pemerintah daerah semata lembaga penyalur bantuan atau sebagai bagian dari layanan birokratif.  Di mana masyarakat setelah memasuki kantor pemerintah keluar dalam bussines as usual hanya untuk perpanjang izin dan izin saja.

Bukan itu visi Jokowi

Kini pemerintah daerah didorong oleh Nawa Cita untuk lebih dekat kepada warga negara, melakukan upgrade dan pendidikan, menyuplai kebutuhan warga untuk produktif, agar daerah makin kompetitif dan mampu mempertahankan cash flow mereka.

Daerah Penantang Dunia

Bung. bagi suatu daerah, globalisasi harus menjadi pintu terbuka kepada manfaat dan segala keuntungan yang ditawarkannya. Bagaimanapun, tanpa perlu ditantang atau tidak. Jika kesempatan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat ada di depan mata, maka pemerintah di daerah wajib untuk menyambut tantangannya.

Pemda juga harus memformulasikan globalisasi ke dalam perencanaan pembangunan yang bagus, berkesinambungan, partisipatif, dan mengajak peran serta masyarakat di suatu daerah. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan itu sendiri  dapat tumbuh dengan sendiinya dan akhirnya menumbuhkan dengan pesat dalam akselerasi pembangunan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Peranan partisipatif masyarakat adalah mutlak. Masyarakat adalah yang pertama harus beradaptasi terhadap segala dampak serta perubahan yang datang secara alami sejalan dengan meningkatnya konektifitas antara daerah. Dampak akan selalu dikaitkan dengan perubahan perilaku sosial, tata ruang, hingga pengelolaan lingkungan.

Daerah yang tidak siap dengan pengelolaan tata ruang, lingkungan, serta sosial kemasyarakatan, akan menyikapi globalisasi dengan tanpa perencanaan pembangunan yang jelas, pembangunan yang miskin partisipasi di mana masyarakat harus menerima pertumbuhan-pertumbuhan semu di daerah, hingga pada semakin meningkatnya kesenjangan antara si miskin dan si kaya.

Formula Stiglitz

Bung, Joseph Stiglitz pemenang nobel ekonomi pernah menyebut kondisi ini sebagai globalisasi yang discontent atau tidak saling memahami. Stiglitz mencontohkan masuknya investasi ke suatu daerah lebih menampakkan wajah eksploitasi dibandingkan mendorong manfaat keekonomian bersama.

Fenomena upah murah, kerja keras, tanpa libur, tanpa jaminan sosial dalam sistem outsourcing mengemuka dan dipakai karena hanya menghitung faktor produksi semata dan bukan pembangunan menyeluruh terhadap kualitas manusia bung, itupun terjadi di Indonesia.

Di negara maju sistem outsourcing ditolak sudah ditolak bung, namun di negara berkembang tidak tertolak karena walau diupah murah warga di negara berkembang lebih membutuhkannya. Kebutuhan warga di negara berkembang terhadap upah, walau murah merupakan bentuk eksploitasi dan memperlihatkan sisi gelap dari globalisasi.

Mesti Awasi Investasi yang Untungkan Daerah

Bung, begitu sering kita dengar masuknya dana-dana asing di suatu negara hanya akan menguntungkan segelintir pihak lokal dibandingkan dengan pemerataan yang diharapkan. Perusahaan multinasional konon bung, akan lebih memilih kepentingan bisnisnya uang “diamankan” dibanding membuat produk yang “aman” untuk lingkungan dan masyarakat.

Diamankan ini bung juga dapat diartikan sebagai upaya mencari patron atau pelindung lokal yang akan menjamin bisnis berjalan dalam kondisi si perusahaan. Akhirnya ini semua mengorbankan adanya inisiatif masyarakat yang terkena dampak dari investasi. Sementara memilih bisnis yang di amankan. Dibanding yang aman dan saling mengamankan sesama.

Jangan sampai ekonomi merusak lingkungan. Pemda juga wajib mengajak warga berpartisipasi. Pola pemilihan bisnis yang mencoba menyuap atau mensejahterakan orang-orang lokal yang memiliki pengaruh ini, akan cenderung mendorong terhentinya ekpansi globalisas.

karena masyarakat akan cenderung belajar dan bersama-sama menghentikan trend negatif di mana perusahaan asing mendiktekan keinginannya kepada masyarakat yang tidak berdaya, sehingga pada akhirnya pilihan ekpansi kapital dapat menyurut dan tertutup di suatu daerah yang memutuskan mandiri.

Mencari Masa Depan Daerah Tanpa Eksploitasi

Secara jangka panjang, eksploitasi SDM dan SDA melalui rumus globalisasi di daerah-daerah memperlihatkan cerita pilu tentang kerusakan ekosistem yang sulit dikembalikan. Hilangnya kualitas lingkungan membawa dampak kemiskinan kepada masyarakat pedalaman yang hidupnya bergantung pada kualitas alam.

 Pada akhirnya, pemerintah daerah tidak beroleh manfaat sama sekali dari globalisasi melalui penanaman modal asing yang berkualitas rendah tersebut.Untuk itulah, mencoba meminimalisir dampak kerugian terhadap munculnya penamaman modal asing pada warga di daerah merupakan hal terpenting yang harus ditekankan.

Selesainya Mimpi Jokowi

Bagaimanapun, globalisasi yang discontent ini, yang tidak memahami antara pihak pemodal/investor denganmasyarakat di suatu daerah, tidak memahami kepentingan suatu daerah dan kebutuhan khususnya secara jangka panjang dan berkesinambungan harus dihentikan.

Sementara formula-formula baru yang lebih mengarah kepada saling sepaham antara pihak investor, pemerintah, dengan masyarakat harus terus dipromosikan. Kata kuncinya di Indonesia adalah mendudukan keselarasan pembangunan.

Jalurnya bung tetap melalui jalur penanaman modal asing di daerah. Dibarengi dengan perencanaan tata ruang yang memperhatikan lingkungan, ekonomi hijau yang berkelanjutan. Atau  memberikan nilai tambah pada masyarakat setempat itulah mimpi globalisasi Jokowi bung, semoga bung berkenan. 

About the Author

Jurnalis asongan, pengais setiap rizki halal, penitip setiap doa baik di dunia. Politisi yang menunggu dikarbit. Kyai kantong bolong. Lahir di dusun kecil Jalancagak, tinggal di dusun kecil Jalancagak. Berharap menutup hari tua di dusun kecil Jalancagak.

Author Archive Page

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini