Impor Sampah Plastik Bersumber dari Tindak Korupsi

Ada hal yang menarik saya dalam video yang dibuat oleh stasiun berita Jerman DW yang berjudul “Ketika Sampah Plastik Jadi Sumber Korupsi dan Kriminalitas Global”, jika Anda ingin menonton video tersebut silahkan tonton di bawah ini bagaimana Impor Sampah Plastik Bersumber dari Tindak Korupsi. Dalam video tersebut dijelaskan bahwa sumber dari permasalahan sampah plastik di Indonesia adalah tindakan korupsi. Lho apa hubungannya? Bahkan salah satu Narasumber dari Jerman mengatakan bahwa ada dugaan seseorang atau pejabat Indonesia disuap atau diberikan gratifikasi agar mau menerima sampah dari negara negara maju. Gila gak?

Jaringan kriminal sampah plastik dari negara-negara barat ini bekerja sama dengan para penegak hukum ataupun para pejabat di negara-negara berkembang di Indonesia untuk memasukan sampah yang sulit di recycle termasuk plastik.

And be sure to find out order viagra beforehand whether you have contraindications to these substances or to reducing the fat in general, and only then start thinking about the reception. I have viagra uk purchase made this offer via email (after being contacted by various manufacturers of some T boosting product usually asking why I’m being so hard on this category of supplements), and on various forums and such, but will put it out there for all to see: To any seller/manufacturer of a “T Booster” type product/formula. None of the ED pills admitted safe to gulp with viagra 50 mg raindogscine.com any cardiac pills such as nitrates since it would lead for adverse results of recovery. The same is the case with cheap cialis without prescription Kamagra.

Juhanu Grossman dari Basel Institute yang telah menyelidiki korupsi dalam bisnis terkait dengan lingkungan mengatakan proses terjadinya tindak pidana korupsi sebagai berikut:

Ok. Misalnya terdapat satu kontainer plastik, Pemerintah akan membayar, kira-kira 5 ribu dollar AS untuk mendaur ulang. Dan perusahaan mengatakan sebenarnya kami tidak akan mendaur ulang, jadi kami akan menyimpan seribu dollar AS dan kemudian kami akan menghabiskan 500 dollar untuk mengirim kontainer dan akan membayar seseorang di Indonesia sekitar seribu dollar AS untuk menghilangkannya dan kami masih mempunyai keuntungan sekitar 2500 dollar AS. Kurang lebih seperti itu.

Bayangkan saja, hanya dengan membayar 1000 dollar AS di Indonesia, semua sampah plastik itu dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak jadi di daur ulang. Jadi kemana sampah itu ketika sampai di Indonesia? Apalagi kalau tidak dimuntahkan di pemukiman penduduk, lihatlah video di bawah ini sebagai bukti:

Padahal kita sering berangan-angan jika suatu saat lingkungan di Indonesia akan bersih dan indah seperti di eropa. Namun apakah di Indonesia bisa seperti itu jika sering impor sampah? Dibutuhkan kesadaran setiap individu untuk itu dan itu susah jika mentalitas orang yang menganggap bahwa sampah itu sebagai berkah daripada bencana. Kadang mau memulai pilah sampah, tapi seperti percuma soalnya ditempat penampungan sampah juga dicampur aduk lagi.

Ilegal perdagangan sampah ini bukan hanya berdampak pada lingkungan yang semakin tercemar, juga membuat kemiskinan meraja lela karena sampah-sampah tersebut tentunya akan dibuang ditengah-tengah pemukiman masyarakat sebagai mata pencaharian mereka. Nampak mulia memang sampah-sampah ini memberikan penghidupan kepada orang-orang di kalangan ekonomi rendah, namun dampak kesehatan, pencemaran lingkungan serta penyakit yang mereka terima tidak sepadan dengan uang yang akan mereka dapatkan.

Begitu pula dengan para pejabat yang membiarkan impor sampah ini, mereka mengorbankan harga diri bangsa hanya untuk uang yang tak seberapa. Belum lagi image serta tumpukan permasalahan lingkungan yang akan bangsa ini derita sangat tidak sepadan dan sememangnya tidak seharusnya terjadi. Indonesia yang dulu dikenal dengan paru-paru dunia kini hanya tinggal “tempat pembuangan sampah” dunia jika kegiatan ini dibiarkan dalam waktu yang lama. Miris!

About the Author

Obbie Afri Gultom, SH, MA, LLM, CHFI, is the Editor-in-Chief at "Gultom Law Consultants", now a part of Gading and Co, a leading firm in corporate management and consulting. A graduate of Erasmus University Rotterdam in 2019 through the StuNed scholarship program, he completed his Master of Law at the University of Auckland in 2022. With four years of experience in Corporate Business Law, including two years in the private sector and two years in a law firm, along with nine years in State Financial Law and Public Audit as an Auditor, Obbie possesses deep expertise in contract writing and review, legal research, merger and acquisition processes, corporate management, Good Corporate Governance (GCG), and public auditing. Additionally, he has three years of experience as a Development Policy Researcher at Erasmus University Rotterdam. For professional services, Obbie Afri Gultom can be contacted via WhatsApp at 08118887270.

Author Archive Page

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini