Bukan Soeharto, Bukan Soemitro! Inilah Sosok Pencipta Orde Baru

Tulisan ini bukan hendak kembali mengorek luka lama, atau hendak membangkitkan apa yang dahulu dikubur orang setengah badan: yakni Orde baru. Tapi tulisan ini penting menjadi bahan perdebatan baru tentang perjalanan republik yang sebenarnya tidak pernah putus. Termasuk siapa yang menciptakan Orde Baru, siapa yang membuat Orde Lama. Selama ini Anda seolah mengetahuinya. Padahal? Saya yakin semua tebakan itu salah.

Sebelumnya jujur saja pada diri sendiri. Setiap orde ada kelemahan dan kelebihannya. Orde Lama dibuat untuk masa era modern saat ini, jadi orde tersebut terlalu jauh maju ke depan dari zamannya. Sehingga gagal total membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Sementara Orde yang seharusnya digunakan paska revolusi fisik, yang lebih tepat tentu Orde Baru.

Setelah Indoensia merdeka, pemerintah Indonesia memang lebih baik melakukan pemihakan halus. Mendukung satu blok besar dalam perang dingin untuk bisa survive. Bukan alih-alih malah berada di tengah-tengah, non-blok untuk akhirnya jadi medan perang ideologi bebas antara kapitalis dan komunis.

Kepada siapa Indonesia harus memihak? Tentunya kepada pemenang perang, dalam hal ini sekutu.

Hanya Satu Sekutu Yang Peduli Pada Periuk Nasi

Sekutu memang terbelah dua. Tapi hanya satu pihak sekutu yang di otaknya hanya produksi dan konsumsi. Yakni Amerika Serikat. Pada era 50-an, Amerika kebanjiran produk dalam negeri dan bond-bond paska perang. Ada ribuan kapal baru tanpa tuan. Ada ribuan mesin pabrik baru tanpa pemilik. Semua dilepas ke pasar dengan pembeli seadaanya, atau balik ke smelter besi.

Sementara Indonesia harus mulai membangun dari puing-puing. Sawah berantakan. Tata laksana keuangan megap-megap. Industri jalan ditempat. Inflasi tinggi, devaluasi memperparah keadaan. Akan tetapi. Para ekonom yang menghadap Presiden Soekarno pada 1958 mendapatkan bahu dingin sang putera Fadjar.  

Ekonom yang dipimpin Soemitro pulang bukan dengan hampa, tetapi juga mendapatkan jawaban aneh dari Soekarno. Kurang lebih seperti ini “Zaman revolusi ini hanya butuh politik, bukan ekonomi.” Walhasil, kebijakan politik jadi panglima lah yang menjatuhkan sang Bung dari kekuasaan dari yang seharusnya berjalan… seumur hidup.

Pendekatan ekonomi sejatinya tidak ditinggalkan Soekarno sama sekali. Dirinya malah menjadi peletak trilogi pembangunan Orde Baru. Namun masih dalam bentuk blue print dalam konsep mentah Tap MPR yang ditandatanganinya tentang GBHN pada 1960.

Pilihan Investor Soekarno

Soekarno juga tidak meninggalkan investor sama sekali. Faktanya dirinya tengah bernegosiasi dengan para investor asing, AS, RRC, Perancis. Pembahasan terus berjalan, agar bisa memeras satu kontrak yang lebih menguntungkan Indonesia. Tetapi pada era tersebut, karena kecenderungan non blok. Soekarno kesulitan menempatkan prioritas kepada siapa kontrak-kontrak itu diberikan.

Cina baru saja gagal menerapkan Great Leap Forward Mao Zedong yang membuat puluhan juta petani mati kelaparan. Meskipun pada satu sisi industri metal, mesin, kimia, juga nuklir mereka terbangun dengan baik. Indonesia tidak bisa melakukan apa yang cina lakukan.

Amerika Serikat pada satu sisi telah membuat kecewa Soekarno, tetapi si Bung punya “orang dalam” bernama John F. Kennedy, sahabatnya. Kennedy diyakini bisa jadi jembatan antara Soekarno dengan bisnismen minyak, emas, teknologi AS yang berkumpul di Partai Republik. Tapi Soekarno mengerti bahwa sikap Kennedy yang lunak pada komunis dibenci republik. Tidak ada satu pengusaha republik pun yang mau berinvestasi di negara yang masih ada komunisnya.

Perancis juga memiliki trauma terhadap gerak komunis Asia Tenggara. Mereka lebih memilih membangun di kepulauan Pasifik juga Karibia dibanding terlibat di Asia Tenggara. Walhasil semua baru pembicaraan, belum ada yang dikonkritkan. Karena kendalanya tetap sama. Memilih investor dari blok komunis atau kapitalis.

Baru Terjadi Di Era 2000-an

Soekarno tidak menyukai disandera dan dikooptasi oleh keduanya. Oleh karena itulah lahirlah pidato terkenal tentang Tahun Menyerempet Bahaya, yang salah satu intinya menolak imperialisme gaya baru, yakni negara yang memperbudak ekonomi negara lainnya. Akan tetapi gagasan orde lama yang menginginkan negara stabil ekonomi dipersatukan oleh perdagangan bebas tanpa imperialis gaya baru. Hanya baru terjadi pada era 2000.

Di saat tidak ada lagi korupsi, disaat pajak mempersatukan semua negara. Disaat semua diminta tumbuh bersama-sama secara ekonomi dalam bentuk pertumbuhan global. Gagasan Soekarno baru dipraktikan dunia  dengan satu meja kesepahaman, yakni tujuan pertumbuhan milenium kemanusiaan, pengentasan kemiskinan, kelaparan, stabilisasi dan demokratisasi, plus perbaikan iklim.

Stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan, ironisnya adalah gagasan murni Soekarno, yang ditinggalkannya dalam laci, setelah pertemuan dengan para ekonom. Soemitro dkk bukan ditolaknya, tetapi kondisi waktu itu serba tidak pasti. Jadi Soekarno memutuskan bahwa ideologi adalah landasan dari pembangunan, politik yang jadi panglimanya.

Kenapa Cetak Biru Orde Baru Disimpan Soekarno?

Mengapa konsep stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan disimpan oleh Soekarno? Karena untuk mengeluarkannya, Soekarno tidak pernah diyakinkan bisa keluar pada saat yang tepat. Penghalang besar dirinya mengeluarkan konsep yang akan disebut sebagai konsep utama Orde Baru itu, ada katup besarnya. Yakni hutang pada komunis dan Islamis.

Orde Baru adalah orde yang pemikiran ideologisnya secara umum sangat sekuler. Meniadakan perbedaan antara komunisme dan islamisme. Hanya satu aturan yang berlaku. Yakni manusia sebagai metafisik keterwakilan barang di dunia ini. Manusia adalah benda berakal yang semestinya bergerak didasarkan atas naluri ekonomis, kesejahteraan, dengan imbal balik pengabdian, sebagaimana meluruhnya barang mengabdi pada kondisi.

Soekarno seorang insinyur, kerja insinyur jelas membangun barang, bukan orang. Dua sahabat dekatnya adalah ekonom. Gagasan ekonomi selalu jadi fokus dalam hidupnya. Akan tetapi Islam memiliki ciri ekonomi sendiri. Dari dagang, tanah, hingga waris, semua diatur. Komunisme sama saja, urusan dagang, tanah, hingga waris juga diatur lewat cara sosialis.

Soekarno memiliki gagasan sekuler mendekati Keynesian. Mendekati kapitalis, tapi kapitalis yang dikomandoi, yang dijaga oleh Paus Ekonomi, yakni dirinya. Soekarno ingin jadi penjaga pasar, satu hal yang mustahil dilakukan, dan hanya bisa dilakukan jika pelakunya sangat kaya. Di situ titik tekannya.

Soekarno menyadari bahwa pasar tidak independen. Sejak resesi global tahun 1930, di mana dirinya masih menjadi pemuda serius, telah mempelajari kelemahan besar pasar. Yakni perbankan, industri keuangan, dan turunanya. Pada asas trisakti yang dia telurkan (yang merupakan konsep gerbang kedua setelah trilogi pembangunan), katup keuangan wajib ditutup oleh kemandirian berdikari.

Orde Pengucilan Untuk Si Bung

Artinya, saat orang berdikari, dirinya tidak butuh lagi modal. Tidak butuh lagi pinjaman dan pendeknya, bank akan ditinggalkan. Sarana permodalan akan dibuat tidak laku. Untuk menjamin adanya pinjam meminjam, Soekarno mendorong konsep sahabat dekatnya, Hatta, yakni kooperasi. Masalah tanah adalah hak milik negara, yang akan dibagikan secara adil pada tiap generasi untuk menjamin diri mereka bisa berdikari.

Pada titik inilah Soekarno merasa akan mendapatkan penentangan dari pihak Islam. Karena dalam struktur masyarakat feodalis, masalah tanah penguasaan orang kaya yang ribuan hektar, tidak akan mau diserahkan ke negara untuk dibagi-bagi, tapi terbagi ke seluruh anaknya. Revolusi Soekarno pada Trilogi Pembangunan oleh karena itulah harus disimpan erat dalam X Files.

Sebaliknya, Soekarno malah menerbitkan Trisakti. Soekarno merasa bahwa gagasan kedua yang lebih idelogis bisa diterima dan dipahami oleh tiap golongan. Akan tetapi sebagaimana yang kita ketahui. Rakyat butuh kesejahteraan selekasnya, dan bukan lagi ideologi serta perangnya, yang memakan banyak korban di dalam negeri.

Sang Bung, menciptakan dua gagasan luar biasanya sendirian. Dan berakhir dalam pengucilan mereka yang mendapat karunia dari dua gagasannya itu: Yakni rakyat Indonesia. Setiap rakyat Indonesia sejarusnya malu.

About the Author

Jurnalis asongan, pengais setiap rizki halal, penitip setiap doa baik di dunia. Politisi yang menunggu dikarbit. Kyai kantong bolong. Lahir di dusun kecil Jalancagak, tinggal di dusun kecil Jalancagak. Berharap menutup hari tua di dusun kecil Jalancagak.

Author Archive Page

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini