Bukti Bahwa Amokrane Sabet Tewas Bukan Karena Tikaman Pisau Sendiri

Aneh memang ketika Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Denpasar, Bali menyimpulkan bahwa penyebab kematian Amokrand Sabet (turis Prancis yang mengalami gangguan kejiwaan) bukan karena tembakan peluru bertubi-tubi oleh pihak Kepolisian Daerah Bali melainkan karena sayatan pisaunya sendiri alias senjata makan tuan. Padahal video membuktikan bahwa Amkorane tewas seketika ketika Polisi menembakan peluru ke 15 ke tubuhnya. Apa maksud semua ini?

Dilansir dari Tribun News Bali, Irjen Pol Sugeng Priyanto, dari Kepolisian Daerah Bali mengungkapkan:

“Kita sudah memenuhi prosedur tetap yang ada, dari menggunakan peluru hampa, peluru karet dan terakhir kalau sudah membahayakan bahkan anggota kita dibunuh, bahkan Amok masih berdiri. Kita takutkan ada korban lain karena di situ juga ada masyarakat umum. Sehingga pimpinan di lapangan mengambil tindakan dengan melumpuhkannya. Keinginan kita sebenarnya datangi dia dengan tujuan damai, mengajak dia baik-baik ke kantor. Tetapi Amokrane sendiri lah yang brutal kepada kita,

Tujuan melumpuhkan Amokrane jelas tidak tercapai dengan hal ini, bahkan pihak kepolisian sendiri mengakui bahwa mereka menembakan peluru hampa dan peluru karet ke tubuh Amokrane sebanyak 15 kali. Memang sebagian orang menganggap kedua peluru ini tidak berbahaya, namun perlu Anda semua ketahui bahwa penggunaan peluru hampa dan peluru karet dalam jarak yang dekat (kurang dari 20 kaki) dapat menimbulkan kematian. Apalagi ditembakan sebanyak 15 kali, sudah pasti akan membunuh subjek.

Bukan maksud mencurigai, namun kemungkinan polisi tidak ingin disalahkan terkait kasus ini, mengingat Bali merupakan tempat Pariwisata terkenal internasional, penembakan brutal terhadap salah satu turis mancanegara akan menghancurkan potensi wisata Bali yang dalam hal ini belum pulih paska penyerangan bom Tahun 2003 silam.

Namun yang unik dari otopsi yang dilakukan oleh RSUP Sanglah bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Bali, mereka tidak mengundang pihak Kedutaan Besar Prancis dalam proses Otopsi, mereka berdalih bahwa Pihak Kedutaan masih liburan dan mereka tidak bersedia menunggu sampai datangnya mereka kembali. Bukankah itu terkesan tidak mau dicampuri urusannya?

Adapun yang menjadi pertanyaannya apakah proses otopsi Amokrane Sabet itu dapat dipertanggungjawabkan independensinya? mengingat hasil yang dikeluarkan sangat mencurigakan dan terkesan lebih mendukung pihak kepolisian. Seperti terkesan ditutup-tutupi, bagaimana keadilan dapat ditegakan apabila demikian kinerja yang ditunjukan oleh instansi pengayom masyarakat.

It pharmacy viagra also promotes hair growth on bald area. There are various natural remedies to cure over masturbation such as No Fall capsules, Maha Rasayan capsules and King Cobra oil are the renowned and efficient herbal cures to prevent erectile dysfunction are renowned for their effectiveness sildenafil generico viagra in treating one of the mostcommon sexual troubles, but the treatment that is not known by many is Penile Prostheses, also called penile implants. It makes you age faster, induces lethargy and destroys self image. sildenafil generic uk http://appalachianmagazine.com/2014/07/07/the-real-story-behind-west-virginias-dinner-bells/ Juggling career demands, individual relationships, and household schedules can provoke anyone to have moments when the anxiety becomes palpable and manifests itself in several actual symptoms. levitra 20 mg appalachianmagazine.com Sebagaimana ulasan saya sebelumnya bahwa ada beberapa kondisi dimana polisi dapat menggunakan senjata api untuk melumpuhkan pelaku kejahatan dengan syarat juga harus tunduk pada asas proporsionalitas dan tidak boleh berlebihan yang akan membuat pelaku menderita apalagi sampai menyebabkan kematian.

Terus apakah benar Amokrane tewas akibat senjatanya sendiri? sebenarnya tanpa otopsi pun, kita bisa tahu dengan jelas penyebab kematian Amokrane Sabet minggu silam. Lihat video di bawah ini:

https://www.youtube.com/watch?v=8iF4ETonhrI&oref=https%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3D8iF4ETonhrI&has_verified=1

Coba Anda semua skip ke menit 1:14. Dalam video tersebut, sudah jelas Amokrane masih hidup namun kejang-kejang menahan kesakitan, sebelum ditembak terakhir kali oleh Polisi yang mengakibatkan dirinya meregang nyawa. Lebih parahnya lagi salah satu anggota kepolisian sempat mengatakan “sudah-sudah mati”, apakah ini ini mencerminkan pengayom masyarakat yang santun?

Bagian yang paling menyedihkan dan membuat saya malu menjadi bagian dari negara Indonesia ini adalah sikap sebagian orang Indonesia yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan terhadap nasib Amokrane yang mengalami gangguan kejiwaan akut ini. Mereka menyumpahi, menghina, senang dengan kebrutalan polisi, sampai demo mendukung kebrutalan tersebut. Apakah ini corak dan karakter bangsa kita yang sopan, santun dan suka damai? sepertinya kita harus bercermin terlebih dahulu, karena percayalah bahwa akibat peristiwa ini masyarakat internasional akan berubah pikirannya terhadap Indonesia, khususnya pada daerah yang terkenal wisatanya seperti Bali. Sehingga jangan heran Bali akan ditinggal oleh para turis mancanegara yang mempertanyakan keadilan buat orang depresi, stres dan mengalami gangguan jiwa yang akut bernama Amokrane Sabet.

Kita lihat saja. Rest in Peace Amokrane Sabet, on behalf Indonesian peoples, I want to apologize for our Polices brutality and the rudeness of common Indonesian.

About the Author

Obbie Afri Gultom, SH, MA, LLM, CHFI, is the Editor-in-Chief at "Gultom Law Consultants", now a part of Gading and Co, a leading firm in corporate management and consulting. A graduate of Erasmus University Rotterdam in 2019 through the StuNed scholarship program, he completed his Master of Law at the University of Auckland in 2022. With four years of experience in Corporate Business Law, including two years in the private sector and two years in a law firm, along with nine years in State Financial Law and Public Audit as an Auditor, Obbie possesses deep expertise in contract writing and review, legal research, merger and acquisition processes, corporate management, Good Corporate Governance (GCG), and public auditing. Additionally, he has three years of experience as a Development Policy Researcher at Erasmus University Rotterdam. For professional services, Obbie Afri Gultom can be contacted via WhatsApp at 08118887270.

Author Archive Page

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini