Seputar Covid 19 di Kampung kami





Sudah ada tanda tanda pelonggaran PSBB. Artinya kalian bisa bebas dimana saja, kapan saja, siapa saja asal patuh pada protokol kesehatan.

Itu sih namanya nggak bebas. Kalau bebas, ya bebas nggak ada kecualinya. “Bebas itu apa yang dia mau dia bisa lakukan.” kata Jali dalam grup Whats app.

“Memangnya ada manusia sebebas bebasnya?” tanya Wili.

” Rasanya sebelum ada wabah covid 19, manusia juga nggak bebas bebas amat. ” lanjut Wili.

“Coba aja masuk toko, ambil barang, trus langsung keluar, bakalan dianggap maling, harus bayar dulu baru boleh keluar toko. Itu aturannya.” kata Wili menjelaskan pengertian bebas.

Di manapun, sejak manusia zaman batu, nggak ada yang bebas sebebas bebasnya. Sejak Adam dapat pasangan Hawa, di situ aturan dimulai.

******

New normal itu hanya istilah saja. Sering juga istilah itu ditafsir dengan sesuatu yang menyeramkan dan tak terjangkau. Padahal new normal atau normal baru adalah soal merubah perilaku, atau merubah kelakuan.

“Kelakuan lu yang tadinya biasa minum minuman keras, jadi berhenti minum. Perokok berat jadi nggak perokok. Begadang jadi nggak begadang. Bolak balik bolos sekolah, jadi tertib sekolah, Nggak lagi nilep duit bayaran sekolah, dan seterusnya.”

Penjelasan Itu yang namanya merubah perilaku. Pokoknya dari perilaku yang menyimpang, jadi perilaku yang terpuji. Begitu kira kira artinya. Kalau urusan new normal itu adalah perilaku yang apa saja boleh lu lakukan asalkan tiga hal harus dipatuhi. Cuci tangan pakai sabun, jaga jarak dan pakai masker di ruang publik.

” Gw rasa udah pada tahu protokol kesehatan apa saja itu. Kenapa tiga hal itu? Sebab itu jadi pintu masuk virus covid 19 ke dalam tubuh kita, membuat kita jadi sakit bahkan berisiko meninggal. “

Informasi terkini dan mengingatkan protokol kesehatan covid 19, harus sudah jadi bagian dari tugas pejabat dari RT dan tetangga untuk saling mengingatkan. Kata wili, jadikan kegiatan saling mengingatkan antartetangga dipimpin pak RT. Menghidupkan sistem pengendalian sosial di tingkat hubungan ketetanggaan.

********

Di kampung sebelah tokoh pemuda sibuk menjelaskan soal normal baru pertanyaan dari warga. Salah satunya seperti dialog di bawah ini.

” Wil, new normal susah, membingungkan?”

” Ah ya nggak susah, asal ada kemauan dan sadar sesadar sadarnya kalau melanggar membawa risiko besar. “

“dulu naik motor, zaman dulu banget, naik sepeda motor nggak ada yang memakai helm. Polisi kampanye, bahayanya pakai sepeda motor tanpa helem, nggak digubris.”

” tapi lama lama, setelah kampanye makin intensip, tangkap yang nggak pake helm, lalu korban kecelakaan yang nggak pake helm makin banyak. Orang atau pengendara sepeda motor sekarang memakai helm.”

“Entah karena takut kena tilang dendanya gede, entah makin lama makin paham dari informasi polisi, entah takut karena korban kecelakaan kebanyakan kepala bentur aspal. Apapun faktornya, yang jelas sekarang orang banyak pakai helm, yang dulu banget nggak terbayangkan. “

“Sama juga dengan pengendara mobil. Zaman dulu nyopir mobil tidak mengenakan sabuk pengaman, sekarang para sopirnya pasti pakai sabuk pengaman. Tanpa disadari kita melakukan perubahan perilaku.”

Tanpa helm, jadinya pakai helm, tanpa sabuk pengaman, jadinya mengenakan sabuk pengaman.


*******

Selama masa wabah covid 19, pak Rt dan pak Rw kerjasama koordinasi kampanye merubah perilaku dalam rangka normal baru. Tepatnya mobilisasi warga. Mulai dari infomasi soal covid 19, cara pencegahan melalui protokol kesehatan yang berulang ulang dikampanyekan pemerintah pusat, sampai dengan bantuan sosial buat warga yang terkena dampak.

“Emang new normal yang disuruh apaan sih?”

Wili yang ikutan kampanye dengan pak Rt bilang

“Gampang banget. Cucitangan pake sabun. Dari kecil ama emak kita udah diajarin. Cucitangan sebelum sesudah makan, cuci kaki sebelumntidur, gosok gigi. Tiap pulang sekolah ganti baju, Prinsipnya harus bersih setelah dari luar. Strong ideas buy generic viagra continue reading for source to develop more houses are growing. The organization has capability to serve all the female cialis http://secretworldchronicle.com/2018/05/ great and best deal to their valuable clients. These coasts provide room services also cheap viagra cialis for the fishing persons. Fortunately, there is cialis fast shipping an alternative to these three drugs is a completely natural remedy for impotence, which may work if nerves were undamaged during surgery or radiation. Itu new normal. “

“Banyak yang lainnya. Pake jaga jarak, dari dulu juga udah diajarin, jangan desek desekan, kan pengap. antri yang bener, ini yang susah banget dilakukan kita. Pake masker, ini juga hal baru, harus dibiasain, sama seperti pake helm.”

*****
Belajar normal baru bukan tak mungkin tapi sering membuat keinginan bertemu kawan sekolah sebaya harus ditunda. Ini yang terjadi pada anak anak sekolah di kampung kami. Ceritanya demikian.

Buat anak anak masuk sekolah adalah suka cita bergembira karena artinya akan ketemu temen temennya, kelasnya, kantinnya, jajanan kesukaannya.

Masuk sekolah karena bebas dari belenggu di rumah terus yang rasanya seperti seabad. Tas, buku, tempat pinsil, seragam, sudah siap, sudah mengkhayal akan ketemu siapa saja di sekolah. Hatiku bersuka cita akhirnya anak anak bisa sekolah.

Setelah mempertimbangan manfaat dan mudaratnya, akhirnya masuk sekolah dilarang. Penularan virus akan mudah di tempat kerumunan. Kerumunan di sekolah membahayakan bisa jadi media efektif penularan.

Solusinya belajar jarak jauh. Tetangga saya harus menemani anak anaknya belajar di rumah. Dia sementara tak bikin kue jajan pasar karena enerjinya habis mendampingi anak anak.

*******

Larangan sekolah dan keinginan sekolah punya konsekuensi tidak puas pada beberapa warga kampung.

Tetanggaku marah protes kok anak anak disuruh sekolah. Tetanggaku ini yang juga protes waktu anak anak disuruh belajar di rumah. Apapun kata pak RT, dia marah marah.

“Ah orang boleh aja kluarin uneg uneg. Saya menjalankan perintah atasan. ” Kata pak Rt bijak.

“Kalau anak anak boleh sekolah, ya saya beri pengumuman, kalau nggak boleh ya sama juga.”

Pak RT memang pekerja keras. Informasi selalu dikirim ke warga lewat Wa grup. Kabar beranting jadi efektif. Teknologi informasi sangat membantu ditangan orang yang tepat. Salut buat Pak RT

******



Bagaimana dengan pedagang, penjual warung yang sekelas UMKM ceritanya seperti ini.

Bu Kardi harus banting tulang, sementara ini pinjam utangan bayar kontrakan. dagangannya bukannya nggak laku, tapi kuantitasnya berkurang, tak sebanding dengan biaya produksi. Dagangan terbatas hanya nasi uduk nasi kuning. Lontong sayur tak ada, suami sedang sakit

Pelanggan yang biasa jauh berkurang. Mpok dahlia tidak beli karena tak ada uang, mpok mimin juga. Paling fatal adalah para pegawai karyawan yang biasa lewat mampir sebelum ngantor makin tak banyak. Semua karena pekerja tak ada kerja. Wabah bikin ekonomi lesu.

Bu Kardi selalu bilang ke ke saya, kapan para pekerja pada mulai kerja lagi.

“Sudah mulai bu. Perlahan tapi keliatan sudah banyak orang mondar mandir kerja. Semoga mulai lagi rejeki nomplok. “

“Iya, semoga pak. Saya sih tetap usaha buka warung walau dikurangi yang semula 100 jadi separonya.”

“Biar usaha dagang, nggak lupa protokol kesehatan….Iya kami tahu bahwa harus diperhatikan patokan kesehatan.”

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini