Memaknai soal Covid 19 di Kampung Kami

Wakut itu sedang gencar gencarnya berita apakah pemerintah pusat akan melakukan lockdown atau tidak lockdown? Ternyata pidato presiden mengatakan kebijakannya menggunakan PSBB, Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Kira kira artinya tidak seketat lockdown, tapi juga tidak sebebas tidak lockdown. Setelah berlangsung beberapa waktu, pemerintah daerah mulai melakukan pelonggaran PSBB. Ketika tulisan ini dibuat, sudah ada tanda tanda pelonggaran PSBB. Warga kampung kami sudah bergembira ria, menurut pimpinan formal dan tokoh masyarakat di sini, warga sudah bisa bebas dimana saja, kapan saja, siapa saja asalkan, berulangkali diucapkan diingatkan bahwa warga harus  patuh pada protokol kesehatan.

Ada pengumuman seperti itu, bukannya bersyukur sudah bisa lihat dunia luar, keluar dari pekarangan, tapi ada beberapa yang nyeletuk. “Itu sih namanya nggak bebas. Kalau bebas, ya bebas nggak ada kecualinya.” demikian kata salah seorang warga yang diikuti beberapa warga segolongannya.  “Bebas itu apa yang dia mau dia bisa lakukan.” katanya melanjutkan.  

Celetukan itu semula tak terlalu ditanggapi Pak RT, tapi kian lama kian membawa obrolan di grup whatsapp, menjadi menyalah nyalahkan pemerintah. Pak RT menanyakan seperti ini 

“Memangnya ada manusia sebebas bebasnya?” 

” Rasanya sebelum ada wabah covid 19, manusia juga nggak bebas bebas amat. ” lanjut Pak RT. Beliau memberi ilustrasi dengan mengambil cerita soal orang yang belanja di supermarket atau pasar atau toko atau warung. 

“Coba aja masuk tempat berjualan, lalu ambil barang, tanpa bak bik buk, terus ngeloyor atau langsung pergi dari tempat berjualan itu. Tindakan yang dilakukan orang itu akan dianggap maling atau pencuri. Bakalan ditangkap, kalau sial bisa jadi dipukuli ramai ramai di situ. Atau bisa jadi dianggap bukan orang yang normal, ditangkap diserahkan ke polisi. Apa kesalahan orang itu? Ya dia tidak mematuhi aturan dari transaksi jual beli. Ambil barang harus bayar dulu baru boleh keluar toko. Itu aturannya.” kata Pak RT itu penjelasan tentang pengertian bebas.. Biar bebas ada aturannya. 

Di manapun, sejak manusia zaman batu, nggak ada yang bebas sebebas bebasnya. Sejak Adam hidup tidak lagi sendiri, sejak mendapat pasangan Hawa, di situ aturan pergaulan sosial dimulai.

******

New normal itu hanya istilah saja. Sering juga istilah itu ditafsir dengan sesuatu yang menyeramkan dan tak terjangkau. Padahal new normal atau normal baru adalah soal merubah perilaku, atau merubah kelakuan.

“Kelakuan lu yang tadinya biasa minum minuman keras, jadi berhenti minum. Perokok berat jadi nggak perokok. Begadang jadi nggak begadang. Bolak balik bolos sekolah, jadi tertib sekolah, Nggak lagi nilep duit bayaran sekolah, dan seterusnya.”

Penjelasan Itu yang namanya merubah perilaku. Pokoknya dari perilaku yang menyimpang, jadi perilaku yang terpuji. Begitu kira kira artinya. Kalau urusan new normal itu adalah perilaku yang apa saja boleh dilakukan asalkan tiga hal harus dipatuhi. Cuci tangan pakai sabun, jaga jarak dan pakai masker di ruang publik.

” Gw rasa udah pada tahu protokol kesehatan apa saja itu. Kenapa tiga hal itu? Sebab itu jadi pintu masuk virus covid 19 ke dalam tubuh kita, membuat kita jadi sakit bahkan berisiko meninggal. “

Informasi terkini dan mengingatkan protokol kesehatan covid 19, harus sudah jadi bagian dari tugas pejabat dari RT dan tetangga untuk saling mengingatkan. Kata wili, jadikan kegiatan saling mengingatkan antar tetangga dipimpin pak RT. Menghidupkan sistem pengendalian sosial di tingkat hubungan ketetanggaan.

********

Di kampung sebelah tokoh pemuda sibuk menjelaskan soal normal baru pertanyaan dari warga. Salah satunya seperti dialog di bawah ini.

” Wil, new normal susah, membingungkan?”

” Ah ya nggak susah, asal ada kemauan dan sadar sesadar sadarnya kalau melanggar membawa risiko besar. “

“dulu naik motor, jaman dulu banget, naik sepeda motor nggak ada yang memakai helm. Polisi kampanye, bahayanya pakai sepeda motor tanpa helm, gak digubris.”

” tapi lama lama, setelah kampanye makin intensif, tangkap yang nggak pake helm, lalu korban kecelakaan yang nggak pake helm makin banyak. Orang atau pengendara sepeda motor sekarang memakai helm.”

“Entah karena takut kena tilang dendanya gede, entah makin lama makin paham dari informasi polisi, entah takut karena korban kecelakaan kebanyakan kepala kebentur aspal. Apapun faktornya, yang jelas sekarang orang banyak pakai helm, yang dulu banget nggak terbayangkan. “

“Sama juga dengan pengendara mobil. Jaman dulu nyetir mobil tidak mengenakan sabuk pengaman, sekarang para sopirnya pasti pakai sabuk pengaman. Tanpa disadari kita melakukan perubahan perilaku.”

Tanpa helm, jadinya pakai helm, tanpa sabuk pengaman, jadinya mengenakan sabuk pengaman.

*******

Selama masa wabah covid 19, pak Rt dan pak Rw kerjasama koordinasi kampanye merubah perilaku dalam rangka normal baru. Tepatnya mobilisasi warga. Mulai dari informasi soal covid 19, cara pencegahan melalui protokol kesehatan yang berulang ulang dikampanyekan pemerintah pusat, sampai dengan bantuan sosial buat warga yang terkena dampak.

So if you want this treatment for yourself when the market has been continuously exploring get viagra cheap with various options. Pfizer Global Security found that some online pharmacies sold counterfeit erectile dysfunction medication containing harmful ingredients that could result in diarrhoea, vomiting, and severe http://icks.org/n/data/ijks/1482456658_add_file_7.pdf buying cialis from canada gastrointestinal discomfort. One should be aware of the potential medicinal products which have been buying tadalafil online approved by the health organizations around the world, plus is at times prescribed by those physicians. Don t take the buy levitra with low cost along with the medicine production cost is low.

“Emang new normal yang disuruh apaan sih?”

Willi yang ikutan kampanye dengan pak Rt bilang

“Gampang banget. Cucitangan pake sabun. Dari kecil ama emak kita udah diajarin. Cucitangan sebelum sesudah makan, cuci kaki sebelum tidur, gosok gigi. Tiap pulang sekolah ganti baju, Prinsipnya harus bersih setelah dari luar. Itu new normal. “

“Banyak yang lainnya. Pake jaga jarak, dari dulu juga udah diajarin, jangan desak desakan, kan pengap. antri yang bener, ini yang susah banget dilakukan kita. Pake masker, ini juga hal baru, harus dibiasakan, sama seperti memakai helm.”

*****

Belajar normal baru bukan tak mungkin tapi sering membuat keinginan bertemu kawan sekolah sebaya harus ditunda. Ini yang terjadi pada anak anak sekolah di kampung kami. Ceritanya demikian.

Buat anak anak masuk sekolah adalah sukacita bergembira karena artinya akan ketemu temen temennya, kelasnya, kantinnya, jajanan kesukaannya.

Masuk sekolah karena bebas dari belenggu di rumah terus yang rasanya seperti seabad. Tas, buku, tempat pensil, seragam, sudah siap, sudah menghayal akan ketemu siapa saja di sekolah. Hatiku bersuka cita akhirnya anak anak bisa sekolah.

Setelah mempertimbangan manfaat dan mudaratnya, akhirnya masuk sekolah dilarang. Penularan virus akan mudah di tempat kerumunan. Kerumunan di sekolah membahayakan bisa jadi media efektif penularan.

Solusinya belajar jarak jauh. Tetangga saya harus menemani anak anaknya belajar di rumah. Dia sementara tak bikin kue jajan pasar karena energinya habis mendampingi anak anak.

*******

Larangan sekolah dan keinginan sekolah punya konsekuensi tidak puas pada beberapa warga kampung.

Tetanggaku marah protes kok anak anak disuruh sekolah. Tetanggaku ini yang juga protes waktu anak anak disuruh belajar di rumah. Apapun kata pak RT, dia marah marah.

“Ah orang boleh aja kluarin uneg uneg. Saya menjalankan perintah atasan. ” Kata pak Rt bijak.

“Kalau anak anak boleh sekolah, ya saya beri pengumuman, kalau nggak boleh ya sama juga.”

Pak RT memang pekerja keras. Informasi selalu dikirim ke warga lewat Wa grup. Kabar beranting jadi efektif. Teknologi informasi sangat membantu ditangan orang yang tepat. Salut buat Pak RT

******

Bagaimana dengan pedagang, penjual warung yang sekelas UMKM ceritanya seperti ini.

Bu Kardi harus banting tulang, sementara ini pinjam utangan bayar kontrakan. dagangannya bukannya nggak laku, tapi kuantitasnya berkurang, tak sebanding dengan biaya produksi. Dagangan terbatas hanya nasi uduk nasi kuning. Lontong sayur tak ada, suami sedang sakit

Pelanggan yang biasa jauh berkurang. Mpok dahlia tidak beli karena tak ada uang, mpok mimin juga. Paling fatal adalah para pegawai karyawan yang biasa lewat mampir sebelum ngantor makin tak banyak. Semua karena pekerja tak ada kerja. Wabah bikin ekonomi lesu.

Bu Kardi selalu bilang ke ke saya, kapan PSBB betul betul dilonggarkan, sehingga para pekerja bisa mulai kerja lagi. Kalau pekerja sudah mulai, maka warungnya akan kembali normal

“Sudah mulai bu. Perlahan tapi kelihatan sudah banyak orang mondar mandir kerja. Semoga mulai lagi rejeki nomplok. “

“Iya, semoga pak. Saya sih tetap usaha buka warung walau dikurangi yang semula 100 jadi separuhnya.”

“Biar usaha dagang, nggak lupa protokol kesehatan….Iya kami tahu bahwa harus diperhatikan patokan kesehatan.”

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini