Di mana Rumah Singgah Anak Jalanan

Setiap belanja ke salah satu minimarket dekat rumah, saya selalu ketemu dengan sekelompok anak anak. Barangkali usianya antara 5 tahun sampai 7 tahun. Mereka duduk berderet di depan pintu minimarket. Setiap kali orang keluar dari belanja, mereka siap mengemis,  meminta-minta sedekah. Siapa dia dari mana. Dulu sebelum ada covid 19, tidak pernah melihat mereka itu. 

Sudah lebih dari tiga bulan, setiap kali berbelanja, saya selalu bertemu dengan mereka. Mereka tak bosan minta sedekah dari saya. Di mana keluarganya, di mana ibunya tidak pernah diberitahu. Pernah beberapa kali saya tanya. Tapi mereka membisu. Mereka hanya minta uang kepada saya. 

Tak puas dengan jawaban dari anak anak itu, pernah saya tanyakan ke petugas parkir yang sudah ada di situ sejak pagi. 

“Itu anak anak ada enam dan sepertinya makin siang main ramai, dari mana datangnya bang? Tanya saya ke penjaga parkir minimarket di jalan alternatif cibubur.

“Nggak tahu pak, dari pagi udah di situ.”

“Mereka di drop dari mobil?” Seperti yang saya baca di beberapa medsos dan koran, bahwa ada anak anak itu ada yang drop dengan kendaraan lalu dijemput lagi pada malam hari. 

Tapi ternyata tidak demikian ceritanya. 

“Nggak Pak, mereka jalan kaki dari arah jembatan tol”. Minimarket itu tak jauh dari pinggiran jalan tol Jagorawi. Mungkin satu kilometer. Saya mencecar pertanyaan ke petugas parkir, tapi dia sendiri tidak tahu, dan sepertinya tidak mau tahu. Dalam hatinya “emang gw pikirin. Kerjaan parkir aja udah berat rejekinya”

Anggap saja bahwa memang mereka dari jalan tol, dari orang yang sengaja mendrop anak anak itu, untuk bekerja sebagai pengemis. Mereka menyebar, sebagian, yang saya temui, di minimarket. Ada dua minimarket yang “dikuasai” anak anak itu. Masing masing, yang saya hitung ada enam orang per kelompok. 

For fear of getting shunned and laughed at, most people are scared to admit that they would opt for the former; the instant gratification and feeling viagra brand 100mg of the best sexual intercourse. This can also cause pain cialis australia in the chest. One can actually enjoy the medicine to be noticed by the physicians along with proper diet tadalafil prices cheap and required exercises that can effectively treat the condition. Scientific studies can very rarely purchased this viagra on line find any concrete proof that any food would serve that much purpose in stimulating libido.

Dari mana ya mereka itu. Ada di drop dari dekat Tol, lalu menyebar. Bukannya makin sedikit, malahan semakin banyak saat wabah. Didi. Dudu dan Didu sejak pagi sudah duduk di depan indomaret dekat di jalan utama dekat rumah. Indomaret buka, tak lama mereka bertiga sudah hadir di situ. Dua toko serba ada itu buka dan melayani sejak pukul 6.30. Mereka bertiga, duduk di lantai di ujung pintu sebelah sini dan di ujung pintu sebelah sana. Tiga temannya yang lain duduk di Alfamart yang bersebelahan dengan Indomaret. Posisinya sama, seperti mencegat mereka yang keluar dari toko itu, minta sesuatu yang tak jelas bunyi suaranya..  

Penasaran tanya seorang Ibu yang pas belanja juga ke Indomaret. “Mereka itu di drop dari mobil, entah mobil siapa, ada tiga anak laki laki ini dan anak perempuan lebih kecil dengan seorang perempuan dewasa.”

“Sepertinya ada beberapa grup. Grup yang barusan saya cerita, dan ada grup yang lainnya. Perhatikan deh, di belakang parkiran itu, ada tiga ibu dewasa masing masing membawa satu atau dua orang anak balita.”

“Beberapa hari lalu saya melihat ibu bawa anak bayi masih kecil banget, mungkin kurang dari enam bulan. Tega banget si ibu cari duit kayak gitu.” Apa banyaknya anak anak dan ibu ibu ini ada hubungannya dengan wabah yang di siaran televisi. Apakah mereka itu yang dikategorikan sebagai banyak orang yang mendadak miskin. 

Apa kategori mereka yang keleleran di depan minimarket? Kalau menurut teman teman yang aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat, mereka itu digolongkan anak jalanan. Seingat saya pernah ada program pemerintah untuk anak jalanan? Saya coba untuk melihat pengertian tentang anak jalanan. Ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan.

Saya sarikan tentang pengertian soal anak anak yang turun ke jalan. Itu artinya anak anak  yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Itu hal ini ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya. Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

Beberapa kali mengadakan diskusi dengan teman teman soal anak jalanan yang sampai pada kesimpulan. Pertama, itu anak anak dengan usia bayi, balita, remaja dan ibu nya berada dalam satu kelompok yang berada di jalanan. Kelompok itu belum tentu mempunyai ikatan hubungan darah atau perkawinan, tetapi boleh jadi mereka berasal dari satu daerah yang sama. Mereka punya ikatan dengan pihak yang memberi pekerjaan. Kelompok seperti ini yang saya temukan di depan minimarket atau berkeliaran di tempat parkir bukan mendadak jadi miskin karena wabah covid 19. Sepertinya program Rumah Singgih harus digiatkan kembali. Program yang sampai sekarang masih relevan untuk mendampingi, mendidik anak jalanan mempunyai bekal untuk bekerja atau berwiraswasta. 

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini