Welas Asih Pak Ahok

Akhir-akhir ini santer diberitakan bahwa Basuki Tjahja Purnama alias Ahok akan mendapatkan pembebasan bersyarat setelah menjalani hukuman penjara atas tindak pidana penistaan agama yang djatuhkan kepadanya hampir kurang lebih dua tahun lalu. Alih-alih mendapatkan angin segar bagi para pendukungnya, Ahok memutuskan untuk tidak mengambil pembebasan bersyarat tersebut. Dia menyatakan ingin murni bebas dan dengan tegas akan menjalani hukumannya sampai habis dan memberikan contoh yang baik sebagai warga negara yang taat akan hukum.

Saya sebagai seorang yang telah lama berkecimpung di dunia hukum baik itu di kantor hukum, bekerjasama dengan hakim dan jaksa bahkan sekarang duduk di pemerintahan. Menurut analisa saya, negara ini telah bersalah menjatuhkan pidana kepada Ahok atas dasar penistaan agama (Blasphemy Law). Dia sama sekali tidak bisa dibuktikan telah menistakan agama tertentu melalui pidatonya di Pulau Pramuka beberapa tahun yang lalu. Saya sudah pernah menulis tentang masalah ini di blog saya ini jadi saya malas untuk mengulang-ngulang kembali hasil analisa saya tersebut. Intinya, tidak bisa di suatu negara demokrasi seperti Indonesia menerapkan Blasphemy Law sebagaimana sangat populer di negara-negara Autokrat-Religio di Timur Tengah. Karena selain sumir dan berpotensi digunakan semena-mena, aturan ini dinilai pilih kasih dan akan heboh jika diterapkan secara massal mengingat masih banyak pemuka agama yang sering menistakan agama lain dalam ceramahnya di tempat ibadah.

Tapi saya akan fokus pada Pak Ahok kali ini. Meskipun dia telah menunjukan welas asih-nya dengan menerima segala kemalangan yang beruntun dideritanya. Dia tetap tegar dan menunjukan kepada para pembencinya bahwa kejahatan tidak perlu dibalas dengan kejahatan. Alhasil dia menolak jalan pintas; dia bersedia menjalani seluruh waktu hukumannya dan membuktikan kepada para musuhnya yang lari dari tanggung jawab hukum bahwa penjara bukanlah hambatan untuk menunjukan kebenaran.
Where does the solution reside? Since now we know what it cialis 40mg is like to feel anxious. This cialis professional india also means that due to its popularity there are a lot of counterfeits available in the market. Jeera: This is nothing, but the popular cumin viagra order shop seed that is used in the day-to-day cuisine is known to deal effectively with infertility issues. pharmacy australia cialis Click This Link Unhealthy habits such as smoking can also be a cause of tiring activities they go through with.
Respon Indonesia? Haji Lulung dengan sikap kekanakan meledeknya, Sandiaga Uno berkelakar akan menjadikannya sebagai anggota TGUPP, Wasekjen PPP berkilah bahwa bebas bersyarat tidak bisa merubah status napi Ahok. Bukan malah bersimpati, mereka terus menyerang Pak Ahok seakan-akan dendam-nya tidak habis-habis. Padahal orang-orang ini mengaku sebagai orang beragama, orang yang mampu memaafkan setelah beribadah raya dan lain-lain status agung lainnya yang mereka lekatkan kepada dirinya sendiri. Namun sayang, satu yang mereka tidak bisa mereka tunjukan sebagai manusia yakni welas asih. Apa sih yang dimaksud dengan Welas Asih? Welas Asih adalah sebuah rasa kasih sayang menggabungkan empati dan simpati. Welas asih yang ditunjukan Pak Ahok tidak bisa dilihat oleh mereka. Mungkin mereka menganggap bahwa mereka telah menang dengan segala mayoritasnya namun Ahok-lah dengan segala kemalangan yang diterima akan menang pada akhirnya, dan itu mereka tidak bisa hindari.

Saya pernah ingat apa yang pernah dikatakan pak Ahok sebelum dia menjadi wakil gubernur DKI Jakarta. Dia pada waktu mengatakan bahwa dia pernah ditawarkan atau mempunyai kesempatan untuk menjadi warga negara Kanada dengan segala keuntungannya. Alih-alih merengkuh kesempatan itu, dia malah memilih untuk menjadi Bupati Belitung Timur. Pada saat menjabat Bupati tersebut, dia sebagai seorang Kristen sungguh rajin menyumbang dan berpartisipasi untuk membangun rumah ibada Umat Islam daripada Rumah Ibadah agamanya sendiri. Oleh karenanya dia dicintai oleh rakyat Belitung Timur hingga karirinya menanjak sampai ke DKI Jakarta. Welas asih yang ditunjukannya tersebut juga dipraktekannya ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, dengan membuka Musholah yang layak di Balai Kota serta memberangkatkan Haji/Umroh untuk beberapa orang pegawai Pemprov DKI yang dianggap pantas mendapatkannya. Dimanapun dia berada, dia selalu menunjukan Welas Asihnya, saking banyaknya sudah sangat sulit melihat welas asih tersebut bagi orang-orang yang dari dulu membencinya membabi buta hanya karena dia berbeda Agama dan Etnis. Tapi dia tidak peduli, taring-taring yang musuh-musuhnya tunjukan selalu dibalas setimpal dengan perkataan-perkataan pedasnya, namun saya itu juga yang dijadikan senjata oleh musuh-musuhnya untuk menyingkirkannya dari panggung sanjung di mata rakyat. Dia akhirnya habis dan lebih memilih mengalah dan ditinggalkan oleh para sahabat-sahabat politiknya.

Pelajaran yang bisa dipetik dari sikap Ahok ini adalah bahwa Welas Asih itu tidak harus mendapatkan pujian, tapi cukup bisa mendamaikan hati kita sendiri serta hati orang-orang yang haus akan kebenaran dan kebaikan-itu sudah lebih dari cukup, karena akan ada suatu saat jawaban yang adil atas ketidakadilan di dunia ini.

About the Author

Obbie Afri Gultom, SH, MA, LLM, CHFI, is the Editor-in-Chief at "Gultom Law Consultants", now a part of Gading and Co, a leading firm in corporate management and consulting. A graduate of Erasmus University Rotterdam in 2019 through the StuNed scholarship program, he completed his Master of Law at the University of Auckland in 2022. With four years of experience in Corporate Business Law, including two years in the private sector and two years in a law firm, along with nine years in State Financial Law and Public Audit as an Auditor, Obbie possesses deep expertise in contract writing and review, legal research, merger and acquisition processes, corporate management, Good Corporate Governance (GCG), and public auditing. Additionally, he has three years of experience as a Development Policy Researcher at Erasmus University Rotterdam. For professional services, Obbie Afri Gultom can be contacted via WhatsApp at 08118887270.

Author Archive Page

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini