Variabel Perilaku jangan dipandang remeh

Ini bukan soal warga DKI atau Non DKI, tapi ini soal wacana boleh atau tidak boleh nonton bioskop di masa pandemic ini? Dua pejabat paling tinggi di daerah DKI dan Jawa Barat punya pendapat berbeda. Kalau Kang Emil. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, belum mengizinkan pembukaan bioskop. Alasannya itu ruang tertutup, ac nya sentral punya potensi risiko besar terjadi penularan di Gedung bioskop. “Virusnya kan muter di situ situ sehingga tidak keluar, sehingga potensi risiko besar penularan. Tak menjamin sterilitas.” Begitu kira kira kata pak gubernur Jawa Barat.

Lain ceritanya dengan gubernur DKI , dia mengatakan bioskop boleh dibuka. Bioskop yang dibuka akan diawasi ketat, protokol kesehatan diutamakan ada regulasi rinci. Dengan demikian kata Anis “kesimpulannya adalah kegiatan bioskop di Jakarta akan kembali dibuka dan protokol kesehatan akan ditegakkan lewat adanya regulasi yang detail, adanya pengawasan ketat.”

Pelaku pelaku industri memberikan jasa tanpa memberikan resiko yang besar. Di sisi lain masyarakat bisa menikmati tontonan di bioskop tanpa khawatir.

Kalau soal ruang tertutup ber AC bukan hanya kasus bioskop, isu ini sudah sejak awal, sejak mulai dilonggarkannya pekerja masuk kantor. Kekhawatiran semua pekerja atas tempatnya bekerja adalah pada ruang tertutup dan ber AC. Logika sederhananya adalah kalau ruang ac, berarti ruang itu adalah ruang tertutup. Prinsipnya semakin tertutup semakin bagus, karena hawa sejuk yang bersumber dari AC itu akan berputar putar di ruang itu. Namun, kalau kejadiannya seperti sekarang ini di mana virus bisa berada di udara, virus yang bersumber dari percikan batuk seseorang yang positif virus itu, persoalannya bisa fatal. Ini yang bolak balik dipersoalkan atau diperdebatkan oleh kalangan kebijakan public, owner kantor, sampai pekerja kantoran yang berkantor di tempat tertutup.

Alasannya kalau ruang tertutup, sementara ada pegawai yang positif terkena virus, maka potensi resikonya besar. Apalagi kalau berada dalam satu ruang yang lama. Berulang ulang. Bagaimana cara mengatasinya, selalu berada di wacana mereka yang setuju kantor tetap jalan dengan prosedur protokol kesehatan yang ketat dan rinci. Mereka yang tidak setuju mengusulkan agar selama belum ada jaminan pekerja kantor akan aman berada atau bekerja di ruang tertutup, maka sebaiknya berada di rumah dan bekerja jarak jauh.  Lagi lagi pertanyaannya bagaimana kalau kantor yang tidak bisa dilayani jarak jauh, seperti pelayanan public yang membutuhkan tatap muka. Ini dicari solusinya dengan mempekerjakan secara shifting, atau bergantian. Sementara itu yang diambil, apakah sekarang sudah seluruhnya berlaku demikian, sepertinya kantor masih malu malu mengakui menjalankan kebijakan public seperti itu.

Begitu juga dengan bioskop. Mereka yang tidak setuju, menggunakan alasan yang sama ketika tidak setuju dengan adanya kantoran. Belum saatnya ada bioskop. Titik. Tapi bagaimana pengusaha dan para pelaku ekonomi yang sudah berbulan bulan tidak mempunyai penghasilan. Pertumbuhan ekonomi bakalan jadi minus. Begitu kata para pakar ekonomi dan pelaku bisnis.

Pertentangan terus menerus. Yang tak setuju dengan bioskop dibuka mengatakan siapa yang dapat menjamin bahwa perilaku orang orang yang nonton bioskop mengikuti protocol kesehatan? Sewaktu orang masuk ruang tempat film diputar tidak terlampau ada kerumunan. Akan tetapi saat keluar dari ruang yang berlayar lebar, sering terjadi kerumunan antrian yang kemungkinan berdesak desakan. Pintu keluar satu, tidak lebar yang akibatnya orang antri dan semoga biar antri tetap menjaga jarak. Pengalaman orang orang yang menikmati bioskop biasanya begitu. Tak sadar bergerak mendekati pintu keluar, berjejalan ingin buru buru keluar. Siapa yang menjamin tidak demikian, sementara petugas hanya menyaksikan dari ujung pintu.

Understanding the Cause While developing an in-depth knowledge of penis anatomy won’t help men to cure their discomfort, it might be helpful to know that these medications are price for viagra prescribed, i.e. This drug is known as the weekend pill because http://downtownsault.org/haunted-depot/ levitra prescription on line of the possible elevation of side effects. For the latter, many success stories can testify to the effectiveness of products/tablets relating to the brand name drug but sold sildenafil 100mg tablet under its chemical or “generic” name. Testosterone is a male sex hormone and estrogen, on the other hand is a female sildenafil australia sex hormone.

Apalagi desain bioskop yang sebelum masuk ruang berlayar harus melalui Lorong Lorong yang bercabang cabang. Lorong yang tidak besar tapi juga tidak kecil. Keadaan normal tidak terlampau mengkhawatirkan, tapi kondisi covid yang mengharuskan orang pakai masker, jaga jarak  setiap orang dalam keadaan steril, Lorong seperti itu juga punya potensi risiko penularan. Bayangkan orang orang menunggu jam tayang bioskop berdiri atau duduk di Lorong itu, kepadataan orang bisa saja terjadi di Lorong itu. Gambaran seperti itulah yang menjadi kekhawatiran orang orang yang tidak menyetujui bioskop kembali dibuka.

Ini memang bukan membahas perdebatan orang yang pro dan kontra dibukanya bioskop, ini soal orang orang yang kebingungan mau nonton bioskop. Pertama bingung apakah bioskopnya buka atau tidak. Ini pengalaman yang terjadi ketika mengurus perpanjangan sim. Biasanya mengurusnya di tempat tempat tertentu dengan jadwal yang tertera dengan jelas. Tapi informasi dari internet tidak cukup, sebab ketika didatangi tempatnya, ternyata belum buka untuk perpanjangan. Ini bisa saja terjadi di bioskop walau kemungkinannya bisa saja kecil. Yang kedua, dan barangkali yang paling mengerikan adalah mereka yang menonton itu mendapat jaminan  tidak tertular covid itu.

Jaminan tidak tertular itu bukan soal remeh, sebab ini adalah soal perilaku. Perilaku itu bisa saja berpola, tapi juga berupa responsive atas situasi yang ada. Sudah berkali kali diumumkan bahwa orang yang masuk dalam ruang public, bioskop adalah ruang public, harus  mengikuti prosedur kesehatan, bahkan kemudian lebih ketat dan rinci, seperti yang dinyatakan oleh gubernur. Saya membayangkan mereka yang mau masuk harus antri Panjang karena pengecek suhu badan butuh waktu. Di ruang masuk akan disediakan tempat cuci tangan pakai sabun, atau mungkin juga orang orang yang masuk bioskop sudah membawa dari rumah hand sanitizer sendiri, sehingga tak perlu antri. Mereka sudah tak bakalan tidak memakai masker. Anggap saja mereka yang masuk Gedung bioskop memakai masker, lalu setelah dalam bioskop film mulai, lampu mati, semoga saja semua masih tetap menggunakan masker. Apakah ada pengecekan kedisiplinan mereka?

Jaga jarak sudah bisa dipastikan ada. Setiap bangku pasti diberi jarak bangku kosong,yang diberi tanda silang, artinya memang bangku itu tidak boleh diduduki. Tapi lagi lagi soal perilaku. Beberapa waktu lalu saya antri ambil obat di salah satu rumah sakit pemerintah. Disediakan bangku Panjang yang sudah diberi tanda silang untuk supaya menjaga jarak antara orang yang duduk yang satu dengan orang duduk yang lainnya, tetapi apa yang terjadi, beberapa orang duduk mengabaikan tanda itu, mereka asik saja ngobrol dengan temannya yang ada di sebelah di depannya.

Ada petugas yang memberi peringatan supaya tidak duduk berdempetan, orang orang itu segera menyingkir ketika diperingati. Tetapi kembali lagi bergerombol ketika petugas sudah menghilang dari pandangan mata. Kalau perilaku seperti ini, perilaku yang tidak lagi dianggap remeh temeh harus mendapat sanksi, apapun sanksinya, harus mempunyai efek jera. Ini jelas perilaku yang tidak bisa dianggap main main dalam keadaan wabah yang penuh risiko.

Pengalaman seperti di antrian di rumah sakit bisa saja terjadi pada situasi di Gedung bioskop, di perkantoran, di ruang public yang lainnya. Tidak ada cara lain kecuali memberi sanksi tegas, yang menyingkirkan orang yang bersangkutan. Dalam aturan memang lebih baik sedikit yang rugi daripada banyak orang yang dirugikan.

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini