Pengalaman Mengikuti Beasiswa Australian Awards (Bagian 1)

Siapa sih yang tidak mengenal beasiswa Australian Awards? bagi para pemburu beasiswa pasti sangat menanti-nanti pembukaan beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Australia. Saya pun demikian, jangka pembukaannya yang cukup lama sekitar tiga bulan sebelum penutupan, sehingga para pelamar bisa mempersiapkan persyaratannya yang menurut saya relatif lebih mudah dibandingkan dengan beasiswa lainnya. Nah, kali saya akan menceritakan tentang pengalaman saya mendapatkan beasiswa Australian Awards Intake 2018.

Saya tidak pernah berfikir bahwa saya akan dipanggil dalam wawancara beasiswa Australian Awards, jujur dengan persaingan yang sangat ketat hampir tidak mungkin bagi saya yang tinggal dipelosok papua untuk hanya sekedar lulus administrasi saja. Paling tidak menurut informasi yang saya dengar beasiswa ini dilamar lebih dari 15.000 orang -paling banyak dilamar jika dibandingkan dengan beasiswa lainnya. Apalagi dengan persyaratannya yang cukup mudah, membuat saya pasrah dan tidak terlalu banyak berharap pada beasiswa negeri Kangguru ini. Tapi dewi fortuna sepertinya memihak kepada saya, sekitar tanggal 18 Juni 2018 saya dikirimi email dari AustralianAwardsIndonesia yang berjudul “Longterm Awards”, awalnya saya tidak tahu apa maksud email tersebut, setelah saya membaca secara menyeluruh, saya akhirnya paham bahwa saya termasuk dalam peserta yang menjadi shorlisted. Informasi dari email tersebut menyebutkan bahwa saya terpilih menjadi salah satu 600 shorlisted kandidat yang mana hanya akan dipilih setengahnya atau 300 orang untuk ditetapkan sebagai penerima beasiswa tersebut.

Jujur, ada rasa kebanggan bagi saya walaupun hanya sekedar dipanggil untuk wawancara dan tes IELTS. Saya tidak pernha menyangka bahwa beasiswa saya akan menjadi bagian dari beasiswa yang sangat terkenal ini. Apalagi, di kantor saya sudah ada memang yang mendapatkan beasiswa ini dan sekarang masih menempuh pendidikan di Negeri Kangguru tersebut. Seakan ingin menyusul saya malah memikirkan teman-teman kantor seperjuangan yang gagal lulus administrasi meskipun aplikasinya sudah bagus dan seluruh persyaratan terpenuhi. Apalagi ini percobaan kedua beliau, sungguh menurut saya dia pantas mendapatkan kesempatan ini. Namun meskipun begitu saya tetap bersyukur karena Yang Maha Kuasa masih memberikan kesempatan bagi saya untuk maju dalam kehidupan. Terima Kasih Tuhan.

Nah, setelah mendapatkan email tersebut, maka proses yang pertama kali adalah mengkonfirmasi bahwa kita bersedia untuk mengikuti tahapan proses interview dan tes IELTS yang mana untuk kawasan saya dilaksanakan di Kota paling ujung Indonesia alias Jayapura. Karena saya tinggal di Manokwari, maka perlu terbang dengan segera kesana, menginap selama satu minggu di sana karena jarak antara Tes IELTS dan JST Interview-nya satu minggu. Tapi tenang saja, segala biaya yang kita keluarkan selama mengikuti proses Tes IELTS dan JST interview bisa di Reimbeurst kepada pihak Australian Awards-nya seperti tiket pesawat dan biaya penginapan, dengan syarat pagu biaya penginapan adalah 750 ribu rupiah. Sayangnya menurut saya biaya pagu penginapan tersebut tidaklah cukup untuk di Jayapura. Hotel di sana sangat mahal untuk sekedar hotel melati.

However, almost all of them have some limitation of recurrence and certain side effects viagra properien to affect the female fertility to some degree. MND affects order cheap levitra a person’s ability to speak, breathe, swallow and walk. If you are willing to on line cialis woo your partner with your powerful sexual performance, then it is advised to you to try vigrx plus. Basic ingredient of this product is grape seed extract that help reduce permeability of bloodvessels, support capillaries structure and protect cells against free radicals. tadalafil uk price Saya dan teman-teman yang berasal dari Indonesia bagian timur akhirnya mendapatkan tes IELTS di BPSDM Jayapura. Nah, BPSDM Jayapura ini adalah Lembaga Diklat milik Pemerintah Provinsi Papua yang terletak di Kotaraja Dalam Nomor 100, Abepura, sangat jauh dari Kota Jayapura pusat. Awalnya saya sempat bingung mencari tempat ini karena tidak nampak di Google Map dan rata-rata ojek dan orang-orang di sana tidak mengenal nama tempat ini. Waduh, dalam pemikiran saya waktu itu,,”apakah tempat ini benar benar ada ya” gelitik saya pada waktu itu. Tapi akhirnya ada bang ojek yang baik hati bersedia membantu saya mencari gedung BPSDM tersebut. Letaknya sebelum Universitas Otto Geisyler, dan orang-orang sekitar Abepura menyebutnya dengan “Gedung Diklat”. Jadi kalau anda ingin diantar ke BPSDM Jayapura cukup menyebutkan “Gedung Diklat” itu saja mereka sudah paham maksud anda. Bukan apa-apa gedung diklatnya juga tidaklah terawat rapi dan kamar mandinya sangat jauh dari kebersihan. Oh,iya, bagi anda yang mempunyai dana terbatas, anda dapat menginap di Gedung Diklat ini karena mereka juga menyewakan asrama di sana dengan harga di bawah 100 ribu rupiah per malam. Cukup terjangkau dengan pagu yang disediakan oleh Australian Awards yakni 750 ribu.

Tes IELTS berjalan dengan lancar, speaking diadakan tanggal 6 Juli 2018 sedangkan Writing,Reading and Listening tanggal berikutnya yakni 7 Juli 2018. Menurut saya yang paling susah itu listening karena kita tidak hanya dituntut mendengar tapi juga memahami dan membaca teliti soal, tiga kerjaan untuk satu sesi. Sedangkan yang paling mudah menurut saya adalah speaking karena saya bebas untuk mengekspresikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh examiner. Saya sebenarnya juga telah pernah mengikuti tes IELTS di Bali lima bulan sebelumnya dengan skor yang cukup yakni overal 6.5 (Listening 6.5, Writing 6.0, Speaking 6.0, dan Reading 7.5). Penyelenggara pada waktu itu adalah IALF Bali, uniknya lagi penyelenggara tes IELTS di Jayapura ini juga berasal dari IALF Bali, makanya saya seperti sangat familiar dengan examiner speaking yang berkebangsaan Australia bernama Steve ini ,,he,,he. Orangnya rada lucu tapi kalau sudah serius cukup menyeramkan juga apa lagi pertanyaan pertanyaannya menurut saya tidak logis untuk di jawab. Contohnya, “Bagaimana pendapat Saudara tentang orang mendengarkan musik zaman dulu dan orang yang mendengarkan musik sekarang?”.  Dahi saya berkerut sambila menjawab “excuse me”, saya tidak habis pikir dan dalam hati bertanya apakah ada dalam dunia nyata orang bertanya seperti itu. Jangankan pakai bahasa inggris, pakai bahasa Indonesia orang pada sulit menjawab pertanyaan seperti itu. Tapi saya jawab aja yang ada dipemikiran saya pada waktu itu.

Selanjutny adalah Joint Selection Team (Interview).

Bersambung…

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini