Ketika Koko Bentjo Menjadi Korban B2

Bak sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah yang terjadi pada Direktur PT. AnakHan Semuanegara, Koko Bentjo. Setelah diputuskan bersalah dalam kasus korupsi PT Ragabesar, kini Koko Bentjo akan berhadapan dengan Awas Bapak Periksa alias Si Bapak yang menuduh bahwa Koko Bentjo melakukan pencemaran nama Baik. Sebenarnya Koko Bentjo tidak secara langsung menyinggung si Bapak dia hanya mengumpakan betapa pilih kasihnya si Bapak melalui cerita ” Kisah Petani Cabe”. Yang mengisahkan bagaimana Si Petani Cabe menjadi korban atas “gagal lakunya” cabe mereka yang dibeli si pedagang alias Bakar Lumpur. Bersama-sama mereka disebut dengan B2.

This herbal oil is the preparation of several potent and viagra generico cialis recommended for you pure natural herbs. The heating, ventilation and air conditioning is such a nerve-racking 100mg viagra price news experience. cialis generic It is manufactured in the various forms and flavours. I know viagra low cost this can be a chief interest of whoever is reading this article.

Unik memang cerita Koko Bentjo, tapi saya senang karena dia telah membongkar betapa bobroknya Si Bapak ini yang terlalu berkuasa, saking berkuasanya si Bapak lupa siapa sebenarnya tugas utamanya. Menangkap si Bapak Lumpur yang masih kroni keluarga cendol.

Tapi sayang, si Bapak harus berusaha kuat, karena Koko Bentjo bukan orang bodoh. Kisah si Petani Cabe tidak mengandung unsur pencemaran nama baik. Karena diceritakan dengan kiasan dan perumpaan tanpa ada menyinggung nama secara langsung. Siap-siap aja lawyer atau Biro Hukum si Bapak harus putar otak untuk menjerat si Koko Bentjo.

Koko Bentjo sepertinya harus belajar dari perjalanan ini. Kuasa swasta dengan berhamburan uangnya tanpa ada kuasa politik, sama saja harimau tanpa taring. Apalagi dia berkutat di sistem “serabutan jerami” yang susah mendapatkan “jarum keadilan” di dalamnya. Belajar lagi ya koko, semoga ke depannya selain uang di cari, juga “tikus-tikus” dipelihara, kan sudah banyak tuh kejadiannya. Koko harus paham, untuk memakan “keju-keju”harus menggunakan “tikus-tikus”. Kalau gak dapat tikus, “kangguru” pun jadi yang jelas bisa dijadikan “pasukan” berani mati ketika Si Bapak melakukan “marah-marah”.

So sad, too bad. Negara ini masih jauh dari slogan “Good Governance and Clean Government”. Ketika suatu pihak terlalu berkuasa dan dipenuhi tikus-tikus rakus, keadilan bagaikan pungguk merindukan bulan. Lalu cita-cita reformasi seakan-akan hanya sebuah selebrasi jatuhnya tirani yang sudah lama menginjakan kaki di bumi pertiwi.

Senyuman Koko Bentjo, mengingatkan kita, hati-hati dalam melakukan kerjasama. Kawan sekarang bisa menjadi musuh bebuyutan kemudian hari. Kita hanya memainkan peran, lebih baik “membunuh” terlebih dahulu daripada “dibunuh” lalu mati busuk di hotel prodeo.

Salam Bersih!

About the Author

Baba Guli a.k.a. adalah seorang komikus, suka melucu, suka nulis kontroversi, suka perhatian, dan suka makan. Baba tidak punya hubungan keluarga dengan pemilik di Situs ini. Baba keturunan Turki tapi dibesarkan di Trenggalek.

Author Archive Page

Comments

Post a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mohon Perhatiannya

Untuk melihat isi posting ini, mohon dukung website ini dengan cara memfollow Instagram kami di bawah ini